Menkominfo Johnny G Plate Blak-blakan Tantangan Indonesia Gelar Jaringan 5G
Menkominfo Johnny G. Plate (dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi I DPR meminta penjelasan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait tata kelola jaringan 5G di Indonesia. Mengingat sudah ada 153 operator seluler di 52 negara yang telah mengadopsi layanan 5G secara komersial.

Menkominfo Johnny G. Plate pun blak-blakan menjelaskan alokasi spektrum frekuensi 5G di Indonesia. Johnny menyampaikan sampai saat ini uji coba teknologi seluler generasi kelima tersebut sudah dilakukan sebanyak 12 kali.

"Dalam periode tahun 2017-2020, Kementerian Kominfo bersama lima operator seluler telah berhasil melaksanakan 12 kali uji coba 5G, termasuk saat Asian Games 2018 lalu," kata Johnny dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR, Rabu, 7 April. 

Dalam uji coba 5G itu, Kominfo melakukan pengujian bersama lima operator seluler, yaitu Hutchison 3 Indonesia, Indosat Ooredoo, Smartfren, Telkomsel, dan XL Axiata.

Kendati tidak menyebutkan secara pasti kapan 5G hadir di Indonesia, Johnny memaparkan tiga lapis spektrum frekuensi radio yang bisa dimanfaatkan. "Untuk memastikan penggelaran 5G optimal, Indonesia butuh alokasi spektrum frekuensi radio di tiga layer (lapis)."

Pada low-band, pemerintah akan menyiapkan spektrum frekuensi di bawah 1 GHz, yang memiliki jangkauan relatif jauh dan daya tembus bangunan. Untuk level tengah atau middle-band, akan ada alokasi frekuensi di rentang 1 hingga 6 GHz yang cakupan layanannya memadai untuk mobilitas pengguna.

Sementara untuk high-band, atau sering disebut sebagai super data layer dan milimeter wave band, Indonesia membutuhkan frekuensi di atas 6GHz, yang mampu menghasilkan kapasitas transmisi yang sangat besar karena memiliki bandwidth lebar.

"Dari beberapa operator seluler, ada beberapa di antaranya sudah mempunyai frekuensi yang relevan sesuai kebutuhan 5G. Mereka berpotensi untuk nanti mengembangkan 5G, tidak semua operator, tapi hanya operator yang memenangkan atau mendapatkan lisensi di frekuensi tertentu," paparnya.

Meski belum mengumumkan tepatnya berapa spektrum frekuensi yang akan dipakai, Johnny menjelaskan konfigurasi dan penyebaran 5G sangat berbeda dibandingkan dengan 4G, maupun 3G dan 2G, antara lain sebarannya tidak bisa seluas 4G karena sangat bergantung pada ekosistem.

Kebutuhan 5G untuk aplikasinya pun berbeda, misalnya 5G untuk robotik memerlukan frekuensi milimeter wave, sementara untuk komunikasi akan menggunakan frekuensi lowband.

Penggelaran jaringan 5G, dijelaskan Johnny, tidak bisa dilakukan serta merta, namun, perlu dipersiapkan sebelumnya. Rencana pembangunan 5G di Indonesia saat ini masih berada di tahap sangat awal.