Trio Rock Hijaber Voice Of Baceprot Sentil Perilaku Diskrimasi Gender Lewat Karya Tunggal PMS

JAKARTA - Trio rock asal Garut, Voice Of Baceprot (VOB) kembali dengan karya tunggal baru bertajuk PMS. Kependekatan dari “Perempuan Merdeka Seutuhnya”, lagu ini mengungkap antipati, ketidaksenangan, dan kemarahan VOB terhadap situasi saat lagu ini dibuat.

Inspirasi utama lirik PMS berasal dari serangkaian cerpen karya Feby Indirani berjudul Bukan Perawan Maria. Fokusnya, protes VOB terhadap perilaku diskriminatif dan menghakimi yang cenderung ditujukan kepada perempuan. Ya, mereka dianggap memiliki pola pikir, cara pandang, sikap, dan bahkan keinginan atau impian yang berbeda dengan norma.

Berasal dari wilayah di mana norma-norma sosial bukan hanya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama tetapi juga patriarki, VOB telah mengalami diskriminasi berbasis gender di masa lalu. Tidak adanya pilihan hidup pasca-sekolah menengah bagi banyak gadis selain pernikahan akan menjadi salah satunya. Hal yang sama juga berlaku untuk pilihan karier, yang terbatas untuk VOB dan teman-temannya karena diskriminasi gender.

“Ironisnya, bukan hanya pria yang akan menunjukkan perilaku seperti itu, tetapi juga sesama wanita kita!” komentar Marsya, vokalis sekaligus gitaris VOB, dalam keterangan resmi yang diterima VOI.

Ditulis oleh Marsya, Widi (bass), dan Sitti (drum) selama masa SMA mereka sekitar tahun 2017 - juga dibantu mentor VOB, Abah Erza - lirik PMS tetap kontekstual dan relevan dengan situasi saat ini, tidak hanya di kampung halaman tetapi juga di berbagai wilayah di Indonesia bahkan dunia pada umumnya.

Kenyataannya, perempuan masih terkekang oleh stereotip patriarki, terutama dalam hal karier dan pilihan hidup lainnya. Itulah mereka berteriak lantang melalui barisan lirik:

“Meski tak seperawan Maria, aku bukan budak busuk otakmu, meski tak seperawan Maria, akulah merdekalah merdekalah seutuhnya!”

Dari sisi aransemen, lagu ini tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan bentuk aslinya. Produser Yuka Dian Narendra (GRIBS, Anda Perdana, Bonita) memberi sentuhan midas pada PMS dengan merapikan alurnya dan memilah bagian-bagian terkuat lagu. Dia juga memilih bebunyian yang tepat untuk setiap instrumen.

Pengarah vokal Irvan “IrvNat” Natadiningrat (Tiga Diva, Krisdayanti, Indonesian Idol, X-Factor) juga berperan besar pada departemen vokal dengan mengajak Marsya, Widi, dan Sitti untuk mengeksplorasi jenis nada dan melodi yang belum pernah mereka nyanyikan sebelumnya: semangat, cerah, dan menyenangkan, mirip dengan lagu tema anime.

“Kami awalnya ragu karena tidak pernah terpikir oleh kami bagaimana lagu protes bisa memiliki melodi vokal dengan disposisi yang lebih cerah. Namun, setelah kami mencobanya dan mendengarkan, kami akhirnya menyukai hasil akhirnya. Rasanya ada sisi lain dari VOB yang belum pernah terungkap sebelumnya, dengan pendekatan ini. Sisi menyenangkan, tapi tetap VOB banget,” jelas Marsya.

Seperti karya tunggal mereka sebelumnya [NOT] PUBLIC PROPERTY, lagu PMS di-mixing oleh produser dan sound engineer asal Denmark, Tue Madsen. Sementara itu, proses mastering-nya dipimpin oleh Howie Weinberg (AS), yang bertanggung jawab atas lebih dari 2.000 kredit mastering, termasuk lebih dari 200 album Gold dan Platinum bersertifikat oleh RIAA, 20 Grammy Awards, dan beberapa penghargaan lainnya.

Howie juga dikreditkan sebagai master engineer untuk album Nevermind milik Nirvana dan Licensed To Ill-nya Beastie Boys.

PMS, sebuah perayaan untuk semua wanita yang melanggar stereotip, sudah tersedia di semua platform streaming digital sejak 3 November kemarin.