Lagi, Muncul Sosok 'King of The King' di Tangerang
JAKARTA - Akhir-akhir ini, fenomena kerajaan fiktif semakin marak bermunculan di Indonesia. Setelah Sunda Empire dan Kerajaan Agung Sejagat, kini muncul kelompok sosok yang menamakan dirinya King of The King di Kota Tangerang.
Mister Dony Pedro adalah orang yang diyakini sebagai King of The King, sebagaimana spanduk yang sudah ditertibkan Satpol PP di kawasan Poris, Tangerang. Sosok yang disebut sebagai raja dari semua raja ini bahkan memiliki aset kekayaan dengan nilai Rp60.000 triliun.
Baca juga:
Tak hanya memiliki nominal uang yang sangat banyak. Sosok King of The King ini juga menduduki jabatan di dua lembaga keuangan di dunia, yakni Union Bank Switzerland (UBS) dan Indonesia Mercusuar Dunia (IMD).
Dikonfirmasi mengenai kelompok tersebut, Kapolres Metro Tangerang Kombes Sugeng Hariyanto membenarkan perihal tersebut. Hanya saja, berdasarkan penyelidikan sementara, keberadaanya bukan di Kota Tangerang.
"Sudah dilidik dan hasilnya kelompok itu bukan berada di Kota Tangerang tapi mengarah ke Kabupaten Tangerang," ucap Sugeng kepada VOI saat dihubungi, Selasa, 28 Januari.
Selain itu, untuk saat ini polisi pun belum bisa melakukan langkah-langkah hukum atas kemunculan kelompok itu. Sebab, belum adanya pelaporan dari pihak yang dirugikan.
Bahkan, ketika dipertanyakan apakah kelompok itu memenuhi unsur pidana tentang penyebaran berita bohong, ditegaskan jika sejauh ini belum ada pernyatan dari kelompok atau petinggi King Of The King yang dapat dijerat dengan Pasal tersebut.
Meski pun, beberapa hari lalu, kelompok itu sempat memasang spanduk yang bertuliskan narasi-narasi diduga berunsur kebohongan.
"Kalau penyebaran berita bohong pun belum memenuhi unsurnya karena itu kan ITE ya dan juga melalu sosial media. Saat ini mereka belum terbukti atau melakukannya," tandas Sugeng.
Berdasarkan keterangan spanduk yang telah dibongkar Satpol PP, Mister Dony Pedro memiliki tiga tugas utama. Aset kekayaan sebesar Rp60.000 triliun itu nantinya akan digunakan untuk melunasi utang-utang luar negeri Indonesia, kemudian membagi-bagikannya kepada masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dan terakhir membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista).