Keraton Agung Sejagat yang Dianggap Hiburan
Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santosa Hadiningrat (Sumber: Twitter@aritsantoso)

Bagikan:

JAKARTA - Keraton Agung Sejagat di wilayah Purworejo, Jawa Tengah, ramai dibicarakan di media sosial. Hanya saja, menurut Presiden Joko Widodo, fenomena munculnya Keraton Agung Sejagat ini merupakan hiburan semata.

"Ya, itu hiburan saja," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 17 Januari tanpa berkomentar lebih jauh termasuk soal kasus penipuan yang dilakukan oleh Raja dan Permaisuri Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia.

Sementara Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kemendagri Bahtiar justru mengatakan orang yang terlibat baik dalam Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire atau Kekaisaran Sunda sebagai orang-orang yang tidak waras.

"Kalau saya harus cek betul jangan-jangan orang-orang kurang sehat, orang kurang waras kok. Jangan orang kurang waras Anda respons habis-habisan," ujar Bahtiar di kantor Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat, 17 Januari.

Sebelum mengatakan orang-orang ini tidak waras, Bahtiar mengaku dirinya sudah menonton video viral yang membuat Keraton Agung Sejagat terkenal. Sedangkan untuk fenomena kemunculan Sunda Empire, dia belum mengetahuinya lebih lengkap tapi meminta agar pihak kepolisian segera mengusut kegiatan tersebut.

"Tadinya ini kan mau dibungkus ormas nih ya, kemudian, ada kegiatan-kegiatan yang diduga kuat sebenarnya bentuk-bentuk pelanggaran hukum pidana. Nah, ini kita tunggu saja dan percayakan pada kepolisian," ungkapnya.

Perlukah dipidana?

Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid juga angkat bicara soal munculnya fenomena orang mengaku sebagai raja ataupun ratu dari kerajaan seperti yang terjadi dalam Keraton Agung Sejagat. Kata dia, jika memang tak melakukan tindak pidana lebih baik tak usah dihukum pidana.

"(Lebih baik) Dibina, ditanya baik-baik tindakannya apa kalau tidak melakukan tindak pidana, menurut saya tidak usah ditangkap. Menuh-menuhin penjara saja," kata Yenny kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 16 Januari.

Menurutnya, fenomena pengakuan-pengakuan seperti ini terjadi karena banyak orang berhalusinasi. Jadi, sebaiknya masyarakat tidak ambil pusing jika memang tak ada tindak pidana yang dilakukan orang-orang tersebut.

"Sekarang kan banyak orang yang halu. Kan kita cuma punya dua pilihan. Ikut menyembah dia sebagai raja atau cuekin dia. Cuekin saja orang seperti itu. Ya sudah tidak usah ditangkap. Orang halu kok ditangkap," ungkapnya sambil menambahkan hal semacam ini sebenarnya bisa menjadi distraksi dari isu penting lainnya secara nasional.

"Banyak persoalan lain yang jauh lebih perlu mendapatkan perhatian dari kita daripada persoalan-persoalan seperti ini. Ini distraksi banget sih. Ini bagian dari entertainment buat saya," tutupnya.