Polri Telusuri Benang Merah Aksi Penggerudukan Rumah Ibunda Mahfud MD
JAKARTA - Polri masih menyelidiki perkara penggerudukan rumah yang ditinggali ibunda Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Polri juga belum menemukan benang merah dari kejadian tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan, dalam proses penyelidikan dan penyidikan memang semua pihak yang terkait bisa diperiksa. Tapi harus sesuai dengan runutan kejadian.
"Kita itu memeriksa seseorang, mulai dari penyelidikan sampai penyidikan, mulai dari klarifikasi sampai pemanggilan-pemanggilan, semua harus ada benang merahnya," ujar Awi kepada wartawan, Jumat, 4 Desember.
Baca juga:
Sejauh ini, dalam proses penyelidikan Polda Jawa Timur dan Polres Pamekasan sudah mengklarifikasi beberapa pihak. Nantinya dari hasil klarifikasi itulah bakal ditentukan langkah selanjutnya.
"Tidak bisa tahu-tahu manggil seseorang, tidak bisa begitu. Tapi case per case," kata dia.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta juga akan berkomunikasi dengan seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat Madura. Dalam pertemuan itu akan membahas soal penyebab terjadinya insiden tersebut.
"Sehingga dengan kegiatan ini sekalian mencari pokok permasalahan di sana. Sehingga ke depan Madura bisa dalam keadaan kondusif," kata Awi.
Adapun kabar rumah Mahfud MD didatangi kelompok massa ini ramai beredar di media sosial sejak Senin, 1 Desember. Melalui sebuah video singkat, massa yang didominasi para pria berbaju muslim ini mendatangi sebuah rumah dan seorang pria yang mengambil video tersebut mengatakan jika rumah itu merupakan kediaman Mahfud MD di Pamekasan.
Mahfud sendiri telah mengkonfirmasi aksi penggerudukan itu. "Kali ini mereka mengganggu ibu saya, bukan menggangu Menko Polhukam," kata Mahfud seperti dikutip dari cuitannya yang diunggah pada Selasa, 1 Desember.
Mahfud mengatakan, dirinya selalu berupaya untuk menghindar untuk mengambil tindakan terhadap orang-orang yang menyerangnya. Hal ini dilakukannya untuk mencegah dianggap publik sebagai pejabat publik yang egois dan sewenang-wenang.
Namun, karena dirinya merasa massa tersebut telah mengganggu ibunya, maka dia siap mengambil tindakan.
"Saya selalu berusaha menghindar untuk menindak orang yang menyerang pribadi saya karena khawatir egois dan sewenang-wenang karena saya punya jabatan. Saya siap tegas untuk kasus lain yang tak merugikan saya," ungkapnya.