Meski Neraca Perdagangan Surplus 24,8 Miliar Dolar AS, Pemerintah Pilih Bersiap Hadapi Risiko Global
JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyambut positif catatan surplus neraca perdagangan pada September 2022 yang mencapai 24,8 miliar dolar AS.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan bukuan tersebut tumbuh 20,2 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Dia menjelaskan bahwa peningkatan ekspor Indonesia didorong oleh ekspor migas dan nonmigas yang masih tumbuh tinggi masing-masing 41,8 persen dan 19,26 persen.
“Meskipun secara bulanan (month to month/mtm) sedikit melambat di antaranya karena penurunan harga dan volume komoditas unggulan, total ekspor tetap meningkat secara kumulatif,” ujarnya dalam keterangan pers pada Selasa, 18 Oktober.
Menurut Febrio, hal itu tercermin dari ekspor Januari-September 2022 yang mencapai 219,35 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 55 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 164,32 miliar dolar AS.
“Peningkatan kumulatif ekspor menunjukkan masih kuatnya permintaan global seiring dengan pengendalian pandemi yang semakin baik. Penguatan permintaan ekspor terutama berasal dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti India, Jepang dan Korea Selatan,” tuturnya.
Sementara itu dari sisi impor, Indonesia masih mencatatkan kinerja positif mencapai 19,81 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 22 persen meskipun relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Tumbuhnya impor antara lain didorong didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada bulan September 2022 yang terus melanjutkan ekspansi,” kata dia.
Baca juga:
Lebih lanjut, anak buah Sri Mulyani itu mengungkapkan peningkatan impor didorong oleh impor migas yang naik sebesar 83,5 persen dan impor nonmigas yang tumbuh 14 persen. Adapun, sejak Januari hingga September 2022, total impor Indonesia mencapai 179,49 miliar dolar AS.
Kemudian, dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 23,2 persen dan 41,1 persen.
“Pertumbuhan kedua barang tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi dari sisi produksi masih berjalan dengan baik,“ imbuhnya.
Terkait dengan impor barang konsumsi, meskipun menurun secara tahunan sebesar 11,1 persen di antaranya karena kenaikan harga, secara kumulatif dari Januari hingga September, impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan sebesar 3,5 persen.
“Ke depan, Pemerintah bersama otoritas terkait akan mengantisipasi berbagai risiko global yang akan mempengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum, di antaranya melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju,” tutup Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu.