Thailand, Korea, hingga China Garap Ekonomi Halal, Gubernur BI: Bukan Masalah Islam, Ini Bisnis
JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa potensi ekonomi syariah dunia sangat besar dan belum sepenuhnya tergarap secara optimal.
Hal tersebut lantas membuat banyak negara turut ambil bagian untuk bisa memberdayakan sektor ini demi mencapai peningkatan kesejahteraan.
Menurut Perry, perkembangan ekonomi syariah, utamanya industri halal, tidak lagi dimonopoli oleh negara Islam.
Lebih dari itu, banyak di antara negara yang bukan merupakan mayoritas muslim ikut berkecimpung di sektor syariah.
“Ekonomi halal bukan hanya tentang masalah religi, sebab ini adalah bagian dari model bisnis yang telah mengglobal,” ujar dia dalam ketika berbicara di forum 9th Indonesia Islamic Economic Forum pada Jumat, 7 Oktober.
Perry menjelaskan, sejumlah negara nonmuslim yang telah berhasil memanfaatkan momentum diketahui membentang dari Asia hingga ke Amerika Selatan.
“Negara yang bukan muslim sekarang menjadi pemain-pemain utama ekonomi dan keuangan halal, seperti Korea, Jepang, Thailand, Australia, China, bahkan Brasil pun menjadi pengekspor. Jadi ini bukan masalah Islam atau bukan Islam,” tuturnya.
VOIR éGALEMENT:
Perry menambahkan, fenomana itu tidak lepas dari faktor demand yang semakin hari semakin bertambah.
“Umat muslim di seluruh dunia kebutuhannya terus meningkat. Ini yang membuat terus berkembangnya halal food, halal fasyen dan juga izin-izinnya,” tegas dia.
Faktor itu pula yang membuat Indonesia cukup concern dalam mendorong isu ekonomi dan keuangan syariah menjadi bagian penting dalam Presidensi G20 periode 2022.
“Inklusi keuangan dan green economy menjadi agenda prioritas Indonesia di G20,” imbuhnya.
Sebelumnya, Perry sempat mengungkapkan bahwa RI saat ini menjadi salah satu pemain utama ekonomi syariah global.
Indikasi tersebut bisa dilihat dari prestasi Indonesia yang menempati peringkat kedua dari sisi industri makanan dan minuman halal, serta peringkat ketiga dalam hal fesyen muslim.