NTT Punya 86 Bahasa Daerah, Kabar Buruknya 11 Terancam Punah karena Jarang Digunakan
JAKARTA - Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT) Linus Lusi mengatakan, daerahnya memilki 86 bahasa daerah yang digunakan di 22 kabupaten dan kota di wilayah NTT.
Di Kupang, dia mengatakan di antara 86 bahasa daerah yang digunakan di wilayah NTT ada 11 bahasa daerah yang terancam punah karena sudah jarang digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Bahasa daerah yang terancam punah, menurut dia, mencakup bahasa-bahasa daerah yang digunakan di wilayah Kabupaten Alor.
Mantan Kepala Badan Perbatasan NTT itu mengatakan, bahasa daerah yang terancam punah antara lain Bahasa Alurung, Bahasa Adang, Bahasa Klon, Bahasa Panea, Bahasa Kui, Bahasa Pupunawala, Bahasa Bulman, Bahasa Wesing, Bahasa Sawila, Bahasa Lona, dan Bahasa Bunawala.
Menurut dia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahasa daerah yang hampir punah jumlah penuturnya sedikit.
Ia mengatakan bahwa penurunan jumlah penutur suatu bahasa daerah antara lain terjadi karena perkawinan antarsuku dan banyaknya pendatang di suatu daerah.
Baca juga:
- Catatan Tragedi Stadion Kanjuruhan: Ketika Hasil Reformasi Polri Disoroti Media Luar Negeri
- Penonton Masuk ke Lapangan Tidak Dibenarkan, Sudah Diatur dalam Kode Disiplin PSSI
- Tragedi Kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan Tanggung Jawab Siapa?
- Aremania Sulit Keluar Stadion Kanjuruhan Malang, Polri: Pintu Sempit Bukan Terkunci
Dilansir dari Antara, Linus mengatakan, pemerintah daerah melakukan berbagai penelitian dan kajian untuk mendukung upaya pelestarian bahasa daerah.
Menurut dia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT sudah mengkaji 43 bahasa daerah dan meneliti penggunaan 58 bahasa daerah yang lain di wilayah NTT, Kamis 6 Oktober.