Profil Persebaya Surabaya, Menang Lawan Arema tapi Berakhir Pilu Akibat Insiden Kemanusiaan di Lapangan
JAKARTA - Persebaya Surabaya berhasil mengamankan tiga poin setelah menang 3-2 dari Arema FC pada pekan ke-8 Liga 1 2022/2023. Namun, kemenangan di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam itu tidak berarti bagi mereka lantaran diiringi insiden memilukan.
Persebaya yang melepas euforia kemenangan akhirnya berganti duka. Sebab, pertandingan berujung ricuh di kubu Aremania dan menimbulkan lebih dari 100 nyawa melayang.
Berstatus tim tamu dalam pertemuan dengan Arema FC, berikut profil Persebaya Surabaya yang dihimpun VOI dari berbagai sumber.
Persebaya Surabaya yang punya julukan Bajul Ijo atau Green Force merupakan salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia yang kini berusia 95 tahun dengan segudang prestasi.
Pertama kali didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927, Persebaya awalnya bernama Soerabhaisasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Tiga tahun berdiri, Persebaya ikut andil dalam perserikatan besar yang menjadi cikal bakal berdirinya Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930 bersama tujuh klub lain.
Satu tahun setelah PSSI berdiri, kompetisi perserikatan mulai bergulir. Persebaya punya catatan manis di era perserikatan karena enam kali menjadi juara, yaitu pada 1941, 1950, 1951, 1952, 1975/1978, 1987/1988.
Seiring dengan bergulirnya kompetisi perserikatan, SIVB akhirnya berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja) di tahun 1943. Selang 17 tahun, Persibaja kembali berganti nama menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya) hingga saat ini.
Dengan nama Persebaya, tim ini juga terus unjuk gigi ketika Liga Indonesia digulirkan dengan dua kali merebut titel juara di era 1996-1997 dan 2004. Setelah mengantongi juara kedua kalinya, Persebaya juga dihadapkan pada situasi buruk.
Nama Bajul Ijo justru tenggelam dan bahkan mundur di pertengahan kompetisi musim 2005 sehingga menerima hukuman dan degradasi ke Divisi Satu.
Pada 2008, Persebaya kembali ke kasta tertinggi sepak bola di Indonesia. Akan tetapi, dua tahun berselang, Persebaya kembali dengan kondisi yang memprihatinkan karena adanya dualisme yang melanda persepakbolaan nasional.
Persebaya 1927 yang didukung oleh seluruh Bonek, bermain di Liga Primer Indonesia yang saat itu tidak diakui PSSI namun sukses menjadi juara di tahun 2011. Sementara, klub yang dulu memakai nama Persebaya, kini menjadi Bhayangkara FC.
Lewat Kongres di Bandung, PSSI akhirnya mengakui status Persebaya 1927 pada 2017. Namun, perjuangan Green Force ketika itu harus dimulai lewat kompetisi kasta kedua, Liga 2.
Baca juga:
- Meski Liga 1 Dihentikan, PSSI Pastikan Laga Timnas Indonesia vs Guam Tetap Dilanjutkan
- Buntut Tragedi Stadion Kanjuruhan, PSSI Pastikan Panpel dan Arema Malang Bakal Disanksi Berat
- Hasil Liga Inggris: Hattrick Haaland dan Foden Bawa Manchester City Bungkam Manchester United 6-3
- Laga Lawan Bhayangkara FC Dibatalkan, Suporter PSIS Tetap Datang ke Stadion Demi Peringati Tragedi Stadion Kanjuruhan
Dengan awal baru, PSSI mengizinkan klub asal Jawa Timur itu untuk kembali menggunakan nama Persebaya. Perjuangan Green Force berbuah manis di tahun 2018 lantaran mereka berhasil naik ke kasta Liga 1 dan bertahan hingga sekarang.
Di era modern, Persebaya yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) dan saat ini dipimpin Aji Santoso pun punya catatan yang cukup baik. Pada musim kompetisi Liga 1 2021/2022, Bajul Ijo menduduki posisi lima di jajaran klasemen akhir.
Sementara di musim 2022/2023 yang sudah bergulir sebelas pekan, Persebaya ada di peringkat ke-10 setelah menang di laga terakhir melawan Arema. Dari 11 laga itu, tim asuhan Aji Santoso ini sudah mengantongi 13 poin.