BI Sumsel Dorong Pemda Setempat Salurkan Program Subsidi Pangan untuk Redam Gejolak Inflasi

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mendorong pemerintah daerah di Sumatera Selatan segera menyalurkan program subsidi pangan untuk meredam gejolak inflasi setelah adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Kepala BI Sumsel Erwin Soeriadimadja di Palembang, Minggu 2 Oktober, mengatakan BI memberikan ruang bagi pemda-penda untuk melakukan gerakan pengendalian inflasi pangan sesuai arahan dari pemerintah pusat.

BI sebagai Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menilai langkah yang paling tepat yakni menyalurkan secepatnya subsidi yang sudah diatur oleh Kementerian Dalam Negeri seperti subsidi ongkos angkut dan subsidi pangan dan lainnya.

Ia tak menyangkal adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM berdampak pada kenaikan harga.

“Tapi seberapa dampaknya, akan dilihat pada rilis BPS besok (3 Oktober 2022),” kata dia setelah menghadiri Peluncuran Pasar Murah Beras di Pasar Lemabang Palembang, dilansir dari Antara.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Provinsi Sumatera Selatan mengalami deflasi sebesar 0,82 persen pada Agustus 2022 karena turunnya harga sejumlah komoditas yang selama ini menjadi pemicu inflasi.

Deflasi dipicu oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, dan tarif angkutan udara.

Dengan terjadinya deflasi sebesar 0,82 persen itu maka inflasi Sumsel pada tahun kalender atau sepanjang Januari – Agustus 2022 mencapai 4,29 persen.

Namun, dengan adanya kenaikan harga BBM pada 3 September lalu, dipastikan akan mengerek laju inflasi di bulan tersebut.

Akan tetapi, Erwin menegaskan bahwa TPID akan terus berusaha agar inflasi tak menyentuh angka 5,0 persen hingga akhir tahun. Apalagi sebenarnya, target inflasi itu diharapkan pada kisaran 3,0 persen plus minus 1,0 persen sepanjang Januari-Desember 2022.

Untuk itu, BI terus mendorong pemda melakukan tujuh langkah Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang mana enam langkah di antaranya yakni perbaikan pasokan dan dukungan anggaran pemerintah daerah.

Yang jelas, gejolak inflasi yang berpengaruh pada daya beli masyarakat ini juga dipengaruhi oleh momen menjelang akhir tahun dan kelancaran pasokan dan distribusi pangan, kata dia.

Sejauh ini, gejolak harga pangan yang paling terasa pada komoditas beras. Harga beras kelompok medium bergerak dari kisaran Rp10.000 per Kg menjadi Rp12.000 per Kg.

Berdasarkan data terkini Bank Indonesia Sumsel, harga beras mengalami kenaikan tertinggi 4,31 persen (mtm) disusul cabai rawit 3,95 persen, bawang putih 1,65 persen, daging sapi 0,84 persen. Sementara komoditas seperti cabai, bawang merah, gula pasir, daging ayam dan minyak goreng justru turun.