Berkaitan dengan Gangguan Mood, Apa Itu Psikosis? Kenali Gejalanya
YOGYAKARTA – Psikosis bukan merupakan penyakit mental yang terdiagnosis, namun dialami seseorang dengan gangguan mood, bipolar disorder, dan skizofrenia. Merunut penjelasan psikolog dan psikoanalis Deborah Serani, Psy.D., psikosis digambarkan sebagai pengalaman dimensional yang mengganggu kemampuan dalam berpikir, bernalar, berakal, dan merasakan.
Pada dasarnya, psikosis membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk memahami dan mempercayai pengalaman intersubjektif mereka sendiri. Ini berkaitan dengan pengalaman kontekstual dan sosial dengan orang lain. Menurut data dilansir Psychology Today, Kamis, 29 September, sebanyak 1 persen dari seluruh populasi mengalami gangguan psikotik kronis.
Secara terminologi, psikosis atau psychosis berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti ‘pikiran’ dan osis berarti ‘kondisi yang tidak normal’. Kedua term tersebut dipakai bidang ilmu psikiatri yang mengindikasikan kondisi berjarak dari kenyataan. Atau dikenal dengan episode halusinasi, delusi, gangguan pikiran, dan pikiran yang tidak terorganisir dengan baik.
Faktor penyebab gangguan psikosis tidak mudah untuk dipahami. Tetapi berdasarkan laporan penelitian, seseorang yang mengalami gangguan psikosis berkaitan dengan kecenderungan genetik, neurobiologi, neuropati autoimun, stres psikologis dan lingkungan keluarga.
Psikosis juga dikatikan dengan beberapa penyakit medis dan kesehatan mental, termasuk gangguan mood. Lebih dari 50 persen orang yang didiagnosis mengalami bipolar disorder mungkin mengalami episode psikotik. Selain itu, orang yang hidup dengan major depressive disorder, sejumlah 14 persennya mengalami episode psikotik. Jika Anda adalah seseorang yang hidup dengan gangguan mood atau dekat dengan seseorang yang mengalami bipolar, kenali gejalanya berikut ini.
1. Tahap prodromal
Gejala ini adalah tahap awal psikosis, di mana terjadi sedikit perubahan pada perasaan, pikiran, persepsi, dan perilaku seseorang. Seseorang yang mengalami tahap ini, mungkin mengalami pikiran yang aneh, merasa terisolasi, sulit berpikir, curiga atau takut pada orang lain, dan berhenti merawat diri. Pada tahap ini tidak ada delusi atau halusinasi.
Baca juga:
- Gara-gara Kontroversi, Joe Rogan Justru Dapat 2 Juta Subscriber di Podcastnya
- Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar, Kadar Glukosa dalam Darah Sangat Tinggi Hingga Menyebabkan Halusinasi
- Kebencian Mendidih Stephen King pada The Shining
- Dilarang Kakaknya Lawan Hasim Rahman Jr karena Berisiko Kalah KO, Jake Paul: Saya Tidak Takut Siapa pun
2. Tahap akut
Pada tahap awal, gejala psikosis tidak teridentifikasi dengan jelas. Tampak jelas ketika terjadi perubahan drastis mengenai cara berpikir, perilaku, dan mempersepsi fenomena kontekstual. Berbeda dengan tahap akut, yang mana gejala psikosis lebih terlihat jelas. Seseorang dengan tahap akut pada episode psikotik, mengalami halusinasi, delusi, bicara tidak teratur, atau terlibat dalam perilaku yang menyusahkan. Ini dianggap sebagai fase kritis di mana perawatan oleh ahli dan terapis sangat dibutuhkan.
3. Tahap pemulihan
Pada tahap ini, seseorang mulai pulih dari episode psikotik setelah mendapatkan pengobatan, psikoterapi, dan dukungan keluarga. Gejala pada tahap ini sangat bervariasi. Selama pemulihan, seseorang dengan gangguan psikosis lebih merawat diri. Mereka belajar membuat rencana, makan dan tidur nyenyak, dan mempelajari cara mengatasi gangguan mood.
Psikosis dengan gangguan mood, membutuhkan perawatan dari orang terdekatnya. Atau perawatan dari terapis, psikolog klinis, maupun psikiater.