JAKARTA - Masih ingat dengan Joe Rogan? Ya, podcaster Spotify ini baru saja mengklaim bahwa ia memperoleh dua juta subscriber selama beberapa bulan terakhir berkat kontroversinya menyoal COVID-19.
Dalam kasusnya, Rogan menggunakan N-word dan menjamu seorang tamu anti-vaxxer untuk mempromosikan disinformasi COVID-19 di acara podcastnya.
Namun, pada episode terbaru The Joe Rogan Experience minggu lalu, Rogan ditanya oleh tamunya, penulis Inggris dan komentator politik Douglas Murray, tentang dirinya yang masuk dalam pemberitaan utama.
"Ini menarik, langganan saya naik secara besar-besaran, itu yang gila. Selama puncak itu semua, saya memperoleh 2 juta pelanggan," ungkap Rogan.
Melansir The Independent, Rabu, 27 April, jika benar, itu akan meningkatkan langganannya menjadi sekitar 11 juta dari sembilan juta yang dia miliki saat kontroversi dimulai.
Namun, salah seorang sumber mengatakan kepada The Hollywood Reporter meredam desas-desus bahwa acara Rogan melonjak karena peristiwa tertentu saja, alih-alih mengonfirmasi bahwa penontonnya telah tumbuh selama setahun terakhir.
Spotify, yang dilaporkan membayar minimal 200 juta dolar AS setara Rp2,8 triliun untuk membawa podcast Rogan ke platformnya.
Di sisi lain, pertumbuhan Rogan tidak berarti insiden itu merupakan kabar baik bagi Spotify, hal ini justru menyebabkan gejolak nyata dengan karyawan perusahaan, melihat beberapa nama besar menarik musik mereka dari layanan karena kontroversi Rogan.
BACA JUGA:
Diwartakan sebelumnya, sebanyak 270 dokter, perawat, ilmuwan, dan pendidik telah mengirim surat terbuka ke Spotify, begitupun dengan para musisi seperti Neil Young dan Joni Mitchell yang secara terbuka meminta Spotify untuk memilih menghapus program Rogan atau menghapus musik mereka.
Hal itu terjadi saat episode terbaru dari podcast The Joe Rogan Experience yang ditayangkan pada 31 Desember 2021, Rogan mewawancarai Dr. Robert Malone, seorang ahli virus yang mengatakan bahwa dia adalah salah satu pencipta teknologi mRNA.
Klaim Dr. Malone belum dipastikan kebenarannya. Selama obrolan, Dr. Malone membuat klaim tak berdasar tentang COVID-19, termasuk gagasan bahwa pembentukan massal psikosis membuat orang percaya bahwa vaksin itu efektif, dan gagasan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menyembunyikan data yang mendukung ivermectin sebagai pengobatan yang valid.