Karena Pak Raden, Anak-Anak '80-an Punya Hiburan yang Mendidik yaitu Si Unyil
JAKARTA - Pada 28 November 1932 merupakan kelahiran dari Drs. Suyadi atau yang akrab dikenal sebagai Pak Raden dalam 'Si Unyil.' Tanggal 28 November juga ditetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional, bertepatan dengan hari kelahiran Drs Suyadi, karena beliaulah tokoh yang berjasa menghidupkan dunia dongeng.
Pak Raden sejak kecil sudah menunjukkan ketertarikannya dalam dunia gambar. Ia sangat hobi menggambar dan sangat akrab dengan pensil warna. Selain menggambar, Pak Raden juga diketahui senang membuat patung dari tanah liat. Mengutip Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia, Pak Raden bercita-cita ingin menjadi dalang.
Namun alih-alih menjadi dalang, Pak Raden menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa. Pak Raden kembali menjalankan hobi menggambar, bahkan saat kuliah Pak Raden mulai membuat ilustrasi cerita untuk anak-anak. Mengutip situs resmi ITB, pada 2012 Pak Raden dianugrahi penghargaan Ganesha Widya Jasa Utama karena menunjukkan jasa dan prestasi yang menonjol sebagai pelopor Bidang industri Kreatif Klaster Animasi dan Tokoh Animator di tingkat nasional.
Selepas mengenyam ilmu di ITB, Pak Raden lalu belajar lagi untuk melengkapi teknik ilustrasinya di Prancis pada 1961 hingga 1963. Mengutip situs Indonesia.go.id, garis-garis lengkung dan mulus buatan Pak Raden sedikit dipengaruhi oleh gaya sapuan garis mulus atau 'ligne claire' yang populer dalam sub-kultur Franco-Belgian pascaperang dunia kedua.
Banyak yang mengetahu bahwa karya Pak Raden yang abadi adalah Si Unyil. Pak Raden berhasil melahirkan karakter-karakter yang sangat melekat dalam benak anak-anak 80-an yaitu Unyil, Pak Lurah, Pak Raden, Pak Ogah, Cuplis, Meylan, Bu Bariah, Penjahat, dan Orang Gila. Bentuk-bentuk boneka buatan Pak Raden bulat-bulat, sesuai proporsi anatomi khas kanak-kanak berkembang. Menjadi karakter boneka tangan yang pada awal pembuatannya dibuat dalam kondisi serba terbatas.
Kelahiran Si Unyil
Si Unyil pertama kali diproduksi oleh Produksi Film Negara (PFN) pada 1979. Si Unyil merupakan ide dari Direktur PFN saat itu, G. Dwipayana. Untuk membuat film itu, Dwipayana menggandeng Pak Raden dan Kurnain Suhadirman. Pak Raden menggarap boneka, sementara Kurnain menulis naskah Si Unyil.
Mengutip jurnal 'Si Unyil Anak Indonesia' oleh Tito Amanda, pada 1980, pemerintahan Presiden Soeharto baru selesai dengan rancangan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Pedoman tersebut dirancang sebagai acuan pengendalian kehidupan sosialpolitik bagi warga negara.
'Si Unyil' mendapatkan momentumnya pada situasi ini. TVRI, yang sepenuhnya berada di bawah kendali pemerintah, membutuhkan program-program dengan karakter khusus. Si Unyil lalu diberi tugas tambahan yaitu penyampai pesan pemerintah, khususnya bidang ideologi. Pengalaman G. Dwipayana yang pernah menjadi ajudan presiden sangat berguna untuk memperoleh dukungan penuh pemerintah.
Baca juga:
Unyil, tokoh dari serial 'Si Unyil.' digambarkan sebagai seorang anak yang kerap memakai peci dan sarung, kecuali ketika memakai seragam ke sekolah. Peci dan sarung sendiri adalah hal yang mewakili identitas nasional Indonesia. Alasan Unyil bisa menjadi teladan anak-anak karena ia tidak pernah mencuri. Beberapa teman Unyil yang nakal akan kalah atau disalahkan pada akhir cerita.
Tidak hanya tokoh baik, terdapat juga tokoh antagonis yang merupakan orang dewasa yaitu Pak Raden, seorang priayi Jawa yang kikir dan Pak Ogah yang malas atau Johni alias Jontor yang bergaya hidup kebarat-baratan. Tokoh-tokoh antagonis tersebut biasanya akan menjadi sosok yang disalahkan pada akhir cerita. Saat itu penonton dengan cepat menggemari Si Unyil.
Kepopuleran Si Unyil membuat anak-anak membicarakannya. Anak-anak akan meniru dialog-dialog Si Unyil serta menyanyikan lagu-lagunya. Tingginya perhatian penonton yang tergambar dengan banyaknya surat yang masuk, segera menyadarkan banyak pihak paham betapa ampuhnya media televisi, khususnya program-program populer.
Kesederhanaan proses produksi, jalan cerita, maupun penyajian dari acara televisi bagi anak-anak memang suatu hal yang sangat kompleks. Setelah era Si Unyil, belum ada tayangan acara televisi serial di Indonesia yang mampu memberikan tayangan hiburan yang mendidik seperti Si Unyil.
Si Unyil sempat terhenti sampai memasuki 2000-an, namun kembali tayang di salah satu stasiun TV swasta pada 2002-2003 dan kemudian diadaptasi menjadi Laptop Si Unyil.