Review Serial Andor, Sajian Kisah Epik dari Semesta Star Wars

JAKARTA - Serial Andor mulai tayang di Disney+ Hotstar hari ini, Rabu, 21 September. Sesuai judulnya, serial Andor mengeksplorasi sudut pandang baru dari galaksi Star Wars melalui mata sang kapten, Cassian Andor.

Karakter Cassian Andor (diperankan oleh Diego Luna) mungkin tidak se-terkenal Obi-Wan Kenobi, Hans Solo, atau Luke Skywalker di semesta Star Wars. Namun, bagi penggemar cerita dan film Rogue One: A Star Wars Story (2016), sosoknya begitu membekas dan dramatis -- bahkan enam tahun sejak film itu dirilis.

Meski kehadirannya vital, tidak mudah untuk mengenal karakter Cassian Andor hanya dari satu buah film. Berlatar lima tahun sebelum peristiwa Rogue One, kisah Andor berpusat tentang revolusi dan menceritakan kisah orang-orang biasa yang membuat keputusan di momen yang sangat ekstrem dalam sejarah Star Wars.

Dikutip dari ANTARA, serial ini menegaskan bahwa latar lima tahun sebelum Rogue One adalah di mana semuanya dimulai. Ide-ide tentang pemberontakan bermunculan di seluruh penjuru galaksi secara individu dan independen.

Cassian Andor merupakan seorang pilot sekaligus pemimpin Rogue One, sebuah tim yang dibentuk dengan tujuan untuk mencuri rencana Death Star. Selain menjadi pilot, Cassian Andor juga bertindak sebagai mata-mata Rebel Alliance yang berada di bawah kekuasaan Leia Organa.

Ia akan menjadi seorang revolusioner hingga nantinya, Cassian Andor akan melakukan pemberontakan dan perampokan terhadap kekaisaran Galaksi. Pemberontakan tersebut akan melibatkan masyarakat dan planet-planet lainnya.

Diego Luna kembali memerankan karakter ini. Terpancar dengan jelas di layar bahwa Luna, yang turut berperan sebagai produser eksekutif serial, begitu peduli memainkan tokoh Andor, terlepas dari bertahun-tahun lamanya tidak bersinggungan di proyek ini.

Bagaimana ia membawakan Andor yang penuh misteri, penuh dengan kepingan masa lalu yang membentuk dirinya sekarang, rasanya tetap menjadi hal yang "masuk akal" jika dihubungkan dengan film Rogue One enam tahun lalu -- membuat prekuel ini seakan menjadi fondasi kuat dari cerita tersebut.

Meski berjudul Andor, serial yang tak hanya mengandalkan karakter utama ini sebagai penggerak cerita. Kehadiran tokoh-tokoh lainnya yang diperankan oleh sederet pemeran termasuk Genevieve O’Reilly, Stellan Skarsgård, Adria Arjona, Denise Gough, Kyle Soller, Fiona Shaw, dan Faye Marsay, turut membangun konflik, intensitas, dan drama dari serial ini.

Tak hanya Luna yang kembali dari Rogue One, kreator film tersebut, Tony Gilroy, kembali sebagai penulis dan produser serial ini, bersama Toby Haynes, Susanna White, serta Benjamin Caron sebagai sutradara.

Sama seperti sang karakter utama yang rebel, Gilroy mengambil pendekatan penceritaan yang berbeda jika dibandingkan dengan serial-serial "Star Wars" lainnya di platform Disney+. Tak berfokus pada momen-momen besar dan fan service, Gilroy dan para sutradara memilih untuk bergerak pelan dalam menceritakan kisah Andor.

Ini bukan hal yang mengejutkan, mengingat film Rogue One pun memiliki pacing yang cenderung lamban dalam membangun konflik maupun karakter. Andor tidak terburu-buru menuju momen-momen yang mungkin membuat mampu penggemar terkesiap karena kejutan dari kameo ikonis atau apa pun itu.

Sebaliknya, ia melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan lagi: Andor menceritakan kisah orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan Solo, Skywalker, atau bahkan Yoda -- namun, hidup mereka -- sebagai insan-insan yang suaranya tak terdengar -- yang kehadirannya dianggap tak berarti -- juga sama pentingnya.

Bagaimana pun, keputusan untuk membuat cerita tayangan ini berlangsung lamban mungkin tidak cocok bagi para penonton yang segera ingin tahu apa yang terjadi oleh karakter utamanya. Namun, bagi mereka yang bertahan, rasanya akan dihargai karena kesabaran mereka.

Lebih lanjut, pemilihan format serial pun setidaknya memberi Andor kebebasan tak terduga untuk menciptakan dunianya sendiri. Pendekatan ini mungkin juga menjadi alasan mengapa Disney+ memulai serial ini dengan tiga episode sekaligus.

Jika dilihat dari sisi teknis, serial ini tak kalah cantik jika dibandingkan dengan format film. Di samping cerita yang dalam dan karakter yang kuat, aspek lainnya dalam serial ini pun bisa dibilang "tidak terburu-buru" dan dibuat dengan perhatian.

Desain produksi dari Luke Hull yang rumit, desain kostum dari Michael Wilkinson dan riasan karya Emma Scott, hingga sentuhan score Nicholas Britell yang megah, -- membuat setiap langkah Cassian Andor terasa jauh lebih nyata dan hidup daripada kebanyakan latar cerita Star Wars sebelumnya. Imajinatif, tentu saja, namun entah bagaimana juga memiliki kedekatan dengan penonton -- yang berada jauh, jauh dari galaksi.

Secara keseluruhan, Andor menawarkan sensasi petualangan yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan pendekatan serial-serial "Star Wars" lainnya. Masih memiliki hati dari Rogue One, serial ini sangat cocok bagi penggemar film spin-off tersebut enam tahun lalu -- membangkitkan kembali jiwa-jiwa pemberontak yang ingin berjuang bagi mereka yang suaranya dilenyapkan, yang raganya pun tak dianggap oleh sang penguasa.