Hanya dengan Geser Orbit Jupiter, Bumi Diklaim Bisa Makin Layak Huni
JAKARTA - Sebuah studi baru menunjukkan pergeseran orbit Jupiter bisa membuat permukaan bumi lebih layak huni untuk kehidupan daripada yang sudah ada saat ini.
Salah seorang ilmuwan Universitas California-Riverside (UCR), Pam Vervoort menciptakan Tata Surya alternatif. Dalam sistem teoretis ini, mereka menemukan jika orbit Jupiter raksasa menjadi lebih eksentrik, hal itu pada gilirannya akan menyebabkan perubahan besar dalam bentuk orbit Bumi.
"Jika posisi Jupiter tetap sama, tetapi bentuk orbitnya berubah, itu sebenarnya dapat meningkatkan kelayakhunian planet ini," ungkap Vervoort.
Terlebih, saat Jupiter mendorong orbit Bumi menjadi lebih eksentrik, bagian-bagian Bumi akan lebih dekat ke Matahari. Bagian dari permukaan bumi yang sekarang berada di bawah titik beku akan menjadi lebih hangat, meningkatkan suhu dalam kisaran yang layak huni.
Akibatnya, beberapa bagian terdingin di Bumi akan memanas mencapai suhu dalam kisaran yang dapat dihuni, didefinisikan antara 32 dan 212 derajat Fahrenheit untuk berbagai bentuk kehidupan di Bumi.
Hasil ini, yang sekarang diterbitkan dalam Astronomical Journal, menjungkirbalikkan dua asumsi ilmiah lama tentang Tata Surya.
"Banyak yang yakin bahwa Bumi adalah lambang planet yang layak huni dan bahwa setiap perubahan dalam orbit Jupiter, sebagai planet masif, hanya akan berdampak buruk bagi Bumi. Kami menunjukkan bahwa kedua asumsi itu salah," jelas Vervoort.
Baca juga:
- NASA Bagikan Dua Foto Jupiter Lengkap dengan Aurora yang Diambil oleh Teleskop James Webb
- NASA Bagikan Dua Foto Jupiter Lengkap dengan Aurora yang Diambil oleh Teleskop James Webb
- Andrew McCarthy, Astrofotografer yang Mampu Ambil Foto Planet Saturnus Paling Jelas
- Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi yang Selama ini Tak Terlihat karena Silau Sinar Matahari
Melansir Space, Rabu, 14 September, selain itu, para ilmuwan juga tertarik untuk menerapkan temuan ini untuk mencari planet layak huni di sekitar bintang lain, yang disebut exoplanet.
Hal ini karena jarak sebuah planet ke bintangnya dan variasinya menentukan berapa banyak radiasi yang diterima oleh bagian-bagian yang berbeda, menciptakan sebuah musim.
Sekarang, pencarian kelayakhunian bergantung pada apakah sebuah planet berada di dalam zona layak huni bintangnya, area di sekitar bintang yang memiliki suhu yang tepat untuk memungkinkan keberadaan air cair. Namun, hasil itu dapat memperkenalkan parameter pencarian baru.
"Hal pertama yang dicari orang dalam pencarian planet ekstrasurya adalah zona layak huni, jarak antara bintang dan planet untuk melihat apakah ada cukup energi untuk air cair di permukaan planet," ujar astrofisikawan UCR, Stephen Kane.
"Memiliki air di permukaannya [adalah] metrik pertama yang sangat sederhana, dan itu tidak memperhitungkan bentuk orbit planet atau variasi musiman yang mungkin dialami planet," imbuhnya.
Faktor-faktor lain yang juga dapat memengaruhi kelayakhunian planet, dan tim juga menguji beberapa di antaranya, termasuk kemiringan sebuah planet yang mempengaruhi seberapa banyak radiasi yang diterima dari bintangnya.