JAKARTA - Sebuah planet di zona layak huni bintang katai merah berhasil ditemukan oleh para astronom. Tetapi meski berada di wilayah tersebut, kemungkinan tidak dapat mendukung kehidupan.
Astronom mendeteksi karena planet yang dijuluki TOI-2257 b ini memiliki orbit sangat memanjang sehingga diklaim terdapat suhu yang bervariasi, jadi kehidupan seperti di Bumi pun terbilang sangat mustahil berada di sana.
Planet TOI-2257 b ini pertama kali terlihat menggunakan data dari teleskop pemburu planet Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA, dan kemudian diamati lebih detail menggunakan Las Cumbres Observatory Global Telescope dan Teleskop SAINT-EX di Meksiko.
Dengan menggunakan pengamatan SAINT-EX, para astronom dapat memastikan bahwa sebuah planet mengorbit bintang katai merah setiap 35 hari. Karena bintang katai merah lebih kecil dan lebih dingin dari Matahari, zona layak huni di sekitar mereka, atau area di mana air bisa ada di permukaan planet yang mengorbit, juga berbeda.
Planet yang mengorbit bintang katai merah bisa memiliki air bahkan jika mereka mengorbit lebih dekat daripada Bumi mengorbit Matahari. Diketahui, memiliki planet yang dekat dengan bintang juga membuatnya lebih mudah untuk dideteksi.
BACA JUGA:
Namun, meski TOI-2257 b berada di zona layak huni, menurut astronom manusia belum dapat membuat rencana untuk bermigrasi ke planet tersebut. Sebab, masalah pertama dengan kelayakhunian adalah bahwa planet ini memiliki radius 2,2 kali lipat dari Bumi, yang berarti besar dan kemungkinan berbentuk gas dengan tekanan atmosfer yang tinggi.
Kemudian kedua, yang paling menarik tentang planet ini adalah bahwa ia memiliki orbit sangat eksentrik, yang berarti bahwa orbitnya berbentuk elips atau oval daripada lingkaran. Terkadang planet ini dekat dengan bintangnya, dan terkadang lebih jauh. Dan itu berpengaruh besar pada suhu permukaan di sana.
“Kami menemukan bahwa TOI-2257 b tidak memiliki orbit melingkar dan konsentris. Dalam hal potensi kelayakhunian, ini adalah berita buruk. Sementara suhu rata-rata planet ini nyaman, suhunya bervariasi dari -80 derajat celcius hingga sekitar 100 derajat celcius tergantung di mana orbitnya, jauh dari atau dekat dengan bintang," ungkap peneliti utama Nicole Schanche dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Digital Trends, Senin, 10 Januari.
Terakhir, para astronom begitu penasaran mengapa orbit planet ini begitu eksentrik, yang bisa jadi disebabkan oleh planet raksasa dalam sistem sama yang memengaruhi orbit planet ini. Untuk mempelajari lebih lanjut, para astronom berharap planet tersebut dapat memanfaatkan Teleskop Luar Angkasa James Webb yang belum lama ini diluncurkan.