Meski Ada Santri Tewas Dianiaya, MUI Imbau Ortu Jangan Jadi Takut Daftar Anak ke Pondok Pesantren
JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menghimbau orang tua jangan jadi takut untuk memasukkan anak ke pondok pesantren.
Seorang santri bernama Albar Mahdi, asal Palembang, Sumatera Selatan meninggal diduga karena dianiaya oleh senior di Pondok Pesantren Modern Gontor 1, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Polres Ponorogo, Jawa Timur, berhasil menangkap dua terduga pelaku penganiaya santri tersebut. Meski telah diamankan di Mapolres Ponorogo, kedua santri senior dari luar Pulau Jawa itu saat ini masih berstatus terduga alias saksi.
“Tentunya kita ikut prihatin dengan kejadian di Gontor dan mungkin di beberapa pesantren lainnya,” kata Kiai Cholil dilansir dari laman resmi MUI, Kamis 8 September.
Kiai Cholil menyebut, kejadian tersebut merupakan di luar kehendak manusia dan kontrol pesantren. Kiai Cholil juga meminta pada setiap pondok pesantren untuk meningkatkan pengawasan dan kontrol pada setiap santri.
“Mungkin dari sekian ribu bahkan kalau Gontor sekian juta, inilah mungkin peristiwa yang tidak diinginkan,” sambungnya.
Kiai Cholil menegaskan kepada orang tua untuk tidak perlu takut memasukkan anak ke pondok pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah ini menilai, mayoritas santri di Gontor masih bisa di kontrol dan terbukti hasilnya dari alumni Gontor yang bisa mewarnai dunia.
Baca juga:
- Menag Yaqut Pastikan Pihaknya Akan Telusuri Potensi Perundungan Sistematis di Ponpes Gontor
- Tim Forensik Serahkan Hasil Autopsi Jenazah Santri Gontor ke Penyidik
- Kawal Kasus Penganiayaan Santri Ponpes Gontor, KPPPA Ingatkan Nomor 129 untuk Pengaduan
- Insiden Penganiayaan Siswa di Gontor, Wapres Ma'ruf Amin Harap Tak Diskreditkan Pesantren
“Bukan hanya mewarnai Indonesia. Pejabat, wamenlu, menteri agama dan beberapa sektor banyak yang alumni Gontor,” ungkapnya.
Kiai Cholil mengatakan, kalau pun terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan di pondok pesantren, hal itu sangat kecil kemungkinan yang di luar batas penjagaan manusia.
"Silakan bapak ibu, untuk memasukkan (anak) pada pondok pesantren, percayalah pesantren memegang amanah,” ujarnya.