Bagikan:

JAMBI - Kasus penganiayaan santri berinisial AH (13) hingga meninggal dunia jadi pelajaran bagi banyak pihak. Guna mencegah kasus serupa terjadi, Gubernur Jami, Al Haris mendesak adanya konseling di setiap pondok pesantren.

“Saya tidak menyangka kejadian kriminalitas seperti itu terjadi di lingkup pondok pesantren, maka ke depan setiap pondok pesantren atau ponpes harus ada guru Bimbingan Konseling (BK), untuk mengantisipasi adanya kejadian seperti itu lagi,” kata Al Haris, disitat Antara, Sabtu 23 Maret.

Untuk kasus santri ini sekarang sudah ditangani pihak kepolisian dan sudah ada pelaku atau tersangkanya.

“Kita prihatin melihat ada santri yang tega menghabisi nyawa temannya sendiri dan ini yang mesti kita segera ubah lagi sistem pendidikan santri di Ponpes di Jambi ini," kata Al Haris lagi.

Dalam keterangan polisi, Airul Harahap (13) tewas di tangan kedua seniornya di lantai tiga asrama Ponpes Raudhatul Mujawwidin pada 14 November 2023 lalu. Airul tewas dianiaya dengan cara dipukul menggunakan kayu hingga tewas.

Setelah digelar perkara dan rekonstruksi oleh kepolisian akhirnya diketahui, tewasnya Ainul itu akibat persoalan hutang piutang sebesar Rp10 ribu antara pelaku dan korban. Kedua pelaku sempat merekayasa kematian Ainul seolah tersengat listrik hingga akhirnya terbongkar karena dipukul.

Mengenai hal ini, Al Haris tidak menyangka kematian santri tersebut diatur secara sistematis seperti itu. Bahkan Gubernur akan berkoordinasi dengan pihak Kemenag agar Ponpes se-Provinsi Jambi harus ada guru BK atau psikolog demi mengatur kelakuan santri agar tidak melampaui batas.

"Ini yang harus kita ubah lagi, setiap Ponpes ada guru BK atau psikolognya. Ini untuk semua Ponpes saya kira dan jika kalau di SMA-SMK ada guru BK di pesantren harus ada guru khusus psikologi. Ini yang akan saya minta secepatnya," ujar Al Haris

Gubernur juga menilai guru BK atau psikolog itu penting di Ponpes lantaran selain belajar soal akhlak dan agama, adanya guru soal kejiwaan dan mental anak juga penting di mana hal itu bertujuan agar perilaku anak bisa dibaca. Anak-anak itu menempuh pendidikan di sana jauh dari orang tua dan keluarga.

"Ini kan bisa terlihat perilaku anak-anak jika sudah mentalnya berubah, lalu sifatnya berubah maka penting adanya guru BK atau psikolog dan ini yang harus kita bawa ke semua Pondok Pesantren dan ini segera ditindak lanjuti,” kata Gubernur Jambi Al Haris.

Selaku Gubernur Jambi, Al Haris secepatnya akan berbicara dengan Kanwil Kementerian Agama Jambi membahas penambahan pendidikan kejiwaan agar tidak ada lagi kejadian tewasnya santri di Ponpes Jambi.

"Ini akan kita bicarakan secepatnya mengenai guru BK atau psikolog," ucap Al Haris.