Polisi Kantongi 2 Terduga Pelaku Penganiaya Santri hingga Meninggal di Ponpes Gontor
ILUSTRASI UNSPLASH

Bagikan:

SURABAYA - Kasus hukum atas meninggalnya seorang santri asal Palembang di Pondok Pesantren Darussalam Modern Gontor, terus bergulir. Terbaru, polisi mengantongi dua nama terduga pelaku penganiaya AM (17) santri yang meninggal asal Palembang.

"Kami sudah mengantongi dua orang terduga pelaku penganiaya," kata Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo dikonfirmasi, Selasa, 6 September.

Catur menegaskan pihaknya akan memproses hukum pelaku penganiaya santri di Ponpes Gontor tersebut. Karena itu, lanjut Catur, Polres terus melakukan penyelidikan dan memeriksa beberapa saksi diduga terlibat, yakni empat dokter, dua santri, dan tiga pengasuh pondok.

"Kami sekarang terus melengkapi proses penyelidikan ini secara sempurna," ujarnya.

Selain memeriksa para saksi, Catur mengatakan pihaknya juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Pondok Gontor, pada Selasa, 6 September. Polisi juga tengah berupaya mengumpulkan seluruh barang bukti serta kronologi kejadian lewat oleh TKP tersebut.

"Jadi, olah TKP ini sekalian pengumpulan barang bukti dan akan dilanjutkan pra rekonstruksi," katanya.

Menurut Catur, pihaknya masih menyusun rangkaian kejadian dari tempat penganiayaan dan rumah sakit yang dituju untuk merawat korban.

Sebelumnya, seorang ibu bernama Soimah menyebut anaknya bernama AM (17) meninggal pada 22 Agustus 2022 lalu, pukul 06.45 WIB. Dia baru mendapat kabar 3 jam setelahnya, tepatnya pada pukul 10.00 WIB. Soimah menduga putranya yang mondok di Ponpes Gontor itu tewas karena dianiaya.

Dia berharap kasus kematian anaknya dapat diusut tuntas. Dia pun menjelaskan alasan belum berani melaporkan ke polisi karena kasus ini bersangkutan dengan lembaga besar.

"Meninggalnya karena dianiaya, saya belum berani melapor karena urusannya kan dengan lembaga besar, jadi saya mohon bapak bantu kami," kata Soimah sambil terus menangis.

Anak Soimah saat ini sudah dimakamkan, namun Soimah menyebut ada kejanggalan pada kematian anaknya itu.

"Saat dimakamkan kafannya ada darah, dan ganti kafan sebanyak dua kali," kata salah seorang kerabat Soimah.