Laksamana Sukardi: Dulu Indonesia Lebih Maju dari China, Sekarang Jarak Kemajuannya antara Langit dan Sumur
JAKARTA - Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi menyatakan hingga saat ini Indonesia belum mampu meningkatkan status ekonomi atau kesejahteraan rakyat menjadi negara berpenghasilan tinggi karena perekonomiannya terjebak dalam pendapatan kelas menengah (Middle Income Trap).
Indonesia, kata saat peluncuran buku "Pancasalah" di Jakarta, Selasa 30 Agustus, merupakan negara yang memiliki kekayaan alam luar biasa. Kaya akan sumber daya alam, tanahnya subur, potensi ekonomi lautnya besar, dan cuaca sangat menunjang.
Namun, Indonesia jauh tertinggal dibanding beberapa negara yang tidak memiliki sumberdaya alam, seperti Korea, Jepang, bahkan dengan Taiwan, Singapura, Thailand dan Vietnam.
"Dulu kita lebih maju dari Tiongkok. Sekarang jarak kemajuannya antara langit dan sumur," kata Menteri BUMN di era Presiden Megawati tersebut dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Rabu 31 Agustus.
Setelah itu, katanya, Indonesia masih disejajarkan dengan Korea Selatan dan Taiwan. Sebagai sama-sama macan kecil. Kini Indonesia disejajarkan dengan Vietnam, Kamboja, Bangladesh.
Menurut Laksamana, salah satu sebab yang mendasar yang menjadikan hal itu terjadi yakni Indonesia memiliki produktivitas sumber daya manusia yang jauh lebih rendah dari negara-negara tetangga tersebut.
Kemampuan meningkatkan produktivitas manusia tersebut, tambahnya, pada umumnya terbelenggu oleh "Lima Kesalahan" atau "Pancasalah", yaitu salah kaprah, salah lihat, salah asuh, salah tafsir, dan salah tata kelola.
Lima kesalahan itu dijabarkan oleh Laksamana Sukardi dalam bukunya yang berjudul "Pancasalah".
Baca juga:
Buku tersebut, menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal era Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2000), merupakan hasil pemikiran yang dirangkum dari studi literatur dan berbagai diskusi formal serta diskusi tidak formal (diskusi kelompok whatsapp).
"Pengalaman saya menekuni bidang ekonomi sebagai bankir profesional dan keterlibatan saya dalam gerakan reformasi 1998 di Indonesia serta tugas sebagai Menteri Kabinet Gotong Royong Republik Indonesia (1999-2004) yang bertanggung jawab dalam restrukturisasi ekonomi dan dunia usaha di Indonesia sangat memberikan kontribusi pemikiran yang saya tuangkan dalam buku ini," ujarnya.
Sementara itu mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang juga jadi pembicara mengatakan menyoroti kenaikan harga BBM di dalam negeri. Menurut dia sebaiknya negara mulai menggunakan energi non BBM.
"Kita sudah harus manfaatkan energi untuk mengganti pemakaian BBM. Salah satunya mulai memakai kendaraan listrik," katanya Menteri BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.