Bagikan:

JAKARTA - Lama tak terdengar kiprahnya Laksamana Suakardi muncul dengan meluncurkan buku bertajuk Pancasalah. Menurut mantan Menteri BUMN ini ada lima kesalahan mendasar yang membuat bangsa Indonesia masih seperti jalan di tempat. Lima kesalahan mendasar itu adalah salah kaprah, salah lihat, salah asuh, salah tafsir, dan salah tata kelola.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam luar biasa. Kaya akan  sumber daya alam, tanahnya subur, potensi ekonomi  lautnya besar dan cuaca sangat menunjang! Sebagai negara, Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun.

Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Indonesia jauh tertinggal dibanding beberapa negara yang tidak memiliki sumberdaya alam, seperti Korea, Jepang,  bahkan dengan Taiwan, Singapura, Thailand dan Vietnam! "Dulu kita lebih maju dari Tiongkok. Sekarang jarak kemajuannya antara langit dan sumur," kata Menteri BUMN di era Presiden Megawati, Ir. Laksamana Sukardi dalam peluncuran buku Pancasalah yang berlangsung di Bimasena Club The Dharmawangsa, Jakarta, 30 Agustus.

Setelah itu, lanjut Laksamana,  kita masih disejajarkan dengan Korea Selatan dan Taiwan. Sebagai sama-sama macan kecil. Kini kita disejajarkan dengan Vietnam, Kamboja, Bangladesh.

Sampai saat ini Indonesia belum mampu (atau tidak  mampu) meningkatkan status ekonomi (kesejahteraan  rakyat) menjadi negara berpenghasilan tinggi (sejahtera)? Perekonomiannya terjebak dalam pendapatan  kelas menengah (Middle Income Trap).

Ternyata salah satu sebab yang mendasar adalah,  Indonesia memiliki produktivitas sumber manusia yang  jauh lebih rendah dari negara-negara tetangga tersebut. Kemampuan meningkatkan produktivitas manusia  tersebut pada umumnya terbelenggu oleh ‘Lima Kesalahan" atau "Pancasalah". Yaitu salah kaprah, salah lihat, salah asuh, salah tafsir, dan salah tata kelola.

Lima kesalahan itu dijabarkan oleh Laksamana Suakardi dalam bukunya yang berjudul "Pancasalah". Laksana mencontohkan salah kesalahan dalam negara ini, yakni Tata Kelola.

Politisi senior pendiri Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, Eros Djarot mengingatkan pentingnya membaca kembali preambule (pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Hal itu diungkapkan oleh budayawan bernama asli Soegeng Rahardjo Djarot saat menjawab pertanyaan floor, terkait solusi sederhana dari sisi kebudayaan untuk memperbaiki kondisi negara yang sedang tidak baik-baik.

Diskusi menghadirkan para pembicara mantan Menteri BUMN, Laksamana Sukardi  (penulis buku "Pancasalah"), Dahlan Iskan, akademisi Yudi Latif, dan Eros Djarot yang merangkap moderator.

Buku "Pancasalah" diterbitkan oleh Oetoesan Indonesia relatif tipis dan mudah dibaca. "Buku ini merupakan hasil pemikiran saya yang  dirangkum dari studi literatur dan berbagai  diskusi formal serta diskusi tidak formal  (diskusi kelompok whatsapp). Pengalaman  saya menekuni bidang ekonomi sebagai  bankir profesional dan keterlibatan saya dalam gerakan  reformasi 1998 di Indonesia serta tugas sebagai Menteri  Kabinet Gotong Royong Republik Indonesia (1999-2004)  yang bertanggung jawab dalam restrukturisasi ekonomi  dan dunia usaha di Indonesia sangat memberikan  kontribusi pemikiran yang saya tuangkan dalam buku  ini," papar Laksamana Suakardi.