Duel Tyson Fury dan Oleksandr Usyk Ibarat Final Piala Dunia versi Tinju, Pesertanya Bisa Kantongi Masing-Masing Rp1 Triliun

JAKARTA - Promotor tinju ternama Frank Warren menyebut duel Tyson Fury melawan Oleksandr Usyk bakal menjadi final Piala Dunia versi tinju.

Fury yang tidak punya catatan kekalahan dari 32 kali duel, baru-baru ini sudah mengumumkan gantung sarung tinju melalui media sosial. Meski demikian, Warrner selaku promotor Gypsy King, merasa yakin pertarungan untuk memperebutkan empat gelar kelas berat akan digelar.

Pasalnya, kedua tim ingin duel itu terealisasi setelah kemenangan Usyk atas Anthony Joshua di Jeddah pada akhir pekan kemarin.

"Pertarungan ini adalah final Piala Dunia tinju. Ini adalah divisi unggulan dan untuk empat sabuk. Jadi kedua petinju ini ingin dibayar banyak uang," kata Warren dilansir Daily Star.

Kini yang menjadi pertanyaan adalah lokasi untuk mega duel Fury dan Usyk itu. Pihak promotor tengah memikirkan negara mana yang akan menjadi tuan rumah untuk pertarungan itu.

Sejauh ini sudah ada laporan yang menyebut bahwa Arab Saudi sedang mempersiapkan tawaran bernilai 127 juta poundsterling untuk menjadi tuan rumah bentrokan yang tak terbantahkan tersebut.

Pertarungan ini diperkirakan membuat kedua petinju bisa mengantongi masing-masing 60 juta poundsterling atau setara Rp1 triliun.

Rencananya duel ini akan digelar pada 17 Desember malam sebelum final Piala Dunia 2022 di Qatar. Namun, Arab disebut tertarik menggelar duel itu kapan saja antara Desember dan Februari.

Selain Arab Saudi, negara lain-lain seperti Uni Emirat Arab juga kemungkinan tertarik menjadi tuan rumah. Kecil kemungkinan pertarungan ini digelar di Inggris jika melihat nominal yang ditawarkan di negara-negara Timur Tengah.

Fury dan Usyk sama-sama tak terkalahkan sebagai profesional. Gelar WBC masih dipegang Fury meskipun pensiun pekan lalu. Sedangkan Usyk akan mempertaruhkan sabuk kelas berat WBA, IBF dan WBO.

Untuk itu, ini merupakan pertarungan tak terbantahkan pertama di divisi tersebut sejak Lennox Lewis memegang gelar pada 1999.