Cara Presiden Filipina Duterte Lawan Stres: Melempar Lelucon Seksis yang Justru Datangkan Hujatan
JAKARTA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte pernah menuai kontroversi karena melontarkan kata-kata kasar terhadap berbagai tokoh di dunia. Duterte sempat mengutuk Paus dan menyebut Barack Obama sebagai "anak pelacur." Kini, Duterte sekali lagi membuat marah karena komentarnya yang dianggap seksis.
Mengutip SCMP, Selasa, 17 November, keributan terbaru muncul ketika kunjungan Duterte ke Provinsi Camarines Sur pada Minggu 15 Oktober 2020. Kunjungan tersebut dilakukan untuk pengarahan tentang operasi bantuan setelah Filipina dihantam Topan Vamco.
Mengakui pejabat setempat sebagai teman sekolah lama, Duterte memperkenalkan pria itu dengan berkata: Kami teman sekelas tetapi waktunya terbuang percuma, Anda tahu ... Dia sudah tua karena, Anda tahu, sobrang babae (terlalu banyak wanita) bisa benar-benar membuatmu bertambah tua.”
Pejabat tersebut menanggapi dengan sebuah permainan kata, mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki terlalu banyak wanita. Seorang anggota kongres mengatakan kepadanya bahwa dia "kurang seks." Kemudian dalam pertemuan tersebut, ketika mantan teman sekelasnya memberi tahu Duterte bahwa seorang teman meninggal karena COVID-19, Duterte menjawab dengan hening sejenak, lalu bersumpah serapah, diikuti dengan ucapan: Kalau begitu, itu karena dia tidak memiliki banyak wanita.
Di media sosial, percakapan itu dikritik sebagai komentar yang seksis, omong kosong, dan tidak pantas. Wakil Presiden Leni Robredo termasuk di antara mereka yang mengkritik pernyataan tersebut.
"Bagi saya selama masa di mana kita mengalami krisis yang parah, pesannya sangat penting bahwa kita memberikan yang terbaik untuk hal-hal yang sangat mendesak," kata Robredo.
Dr Margie Holmes, seorang terapis seks populer dan psikolog klinis, mengatakan lelucon itu memang bersifat sexist dan perilaku Duterte ditujukan untuk menyinggung dan membuat marah para pengkritiknya. "Dia politikus yang sangat cerdas", kata Holmes.
Holmes mengatakan bahwa hal-hal yang keterlaluan melihat reaksi macam apa yang dipicu oleh kata-katanya. Ketika kata-kata Duterte gagal menghasilkan reaksi balik, hal itu membuat "para pengkritiknya merasa tidak aman" dan memungkinkannya untuk mendorong agenda politik seperti menandatangani undang-undang yang kontroversial.
Juru bicara kepresidenan Harry Roque membela Duterte dengan mengatakan bahwa presiden baru saja "istirahat dari bencana." “Anda tahu, itu benar-benar kebiasaan orang Filipina, ketika kami mengalami stres yang ekstrem, kami benar-benar mencoba untuk meringankan masalah kami. Kita seharusnya tidak iri padanya. Dia melihat tragedi demi tragedi," kata Roque.
Menurut Roque, Duterte hanya ingin sedikit banyak meringankan suasana hati dengan mengeluarkan lelucon-lelucon. Roque mrminta agar semua pihak "memberikan presiden kesempatan untuk bersenang-senang." Sejak berkuasa pada 2016, Duterte telah memicu banyak kontroversi dengan penggunaan bahasa vulgarnya.
Baca juga:
Selain mengutuk Paus dan menyebut Barack Obama sebagai anak pelacur, Duterte pernah membual bahwa ia menganiaya pembantu rumah tangga ketika dia masih muda. Duterte juga pernah memerintahkan tentara untuk menembak perempuan pemberontak komunis di alat kelamin mereka.
“Ingat,” kata Holmes, “bagaimana ketika ditanya tentang kesehatannya, dia menjawab dengan menanyakan kepada wartawan tentang bau alat kelamin istrinya? Itu adalah perilaku klasik seorang penindas," kata Holmes. Pengikut Duterte sering membela pernyataannya, dengan mengatakan bahasa kasarnya menunjukkan bahwa dia tidak munafik.
Holmes berkata bahwa Duterte adalah "inspirasi bagi sebagian orang yang ingin membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa dia memiliki sentuhan yang sama, bahwa dia tidak seperti presiden lain yang pernah kami miliki."
Para pembela Duterte mengatakan bahwa lelucon sexist Duterte adalah apa yang orang suka dengar dan orang-orang akan tertawa mengingat semua yang telah terjadi. Lelucon seks seperti itu tidak perlu terlalu ditanggapi serius mengingat Filipina telah melewati berbagai kesusahan seperti COVID-19 dan terpaan angin Topan.