Menteri Teten Sebut Mencetak Wirausaha Muda Harus Libatkan Perguruan Tinggi
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menargetkan persentase pelaku wirausaha muda bertambah dari 3,18 persen menjadi 3,95 persen pada 2024 mendatang.
Demi mewujudkan hal itu, Teten mengaku perlu adanya perubahan pola pikir terutama dalam mencetak wirausaha muda.
“Ini perlu pendekatan baru. Tidak bisa dengan pendekatan birokrasi. Untuk menyiapkan para pelaku wirausaha (entrepreneur) baru ini kami harus bekerja sama dengan inkubator kampus dan inkubator swasta,” kata Teten dikutip dari Antara, Selasa, 9 Agustus.
Inkubator merupakan platform yang mewadahi dan mendukung pelaku usaha rintisan (startup) dan para pengusaha baru untuk mengembangkan model bisnis, serta menghubungkan mereka kepada para pemodal.
Teten menuturkan, saat ini kampus-kampus besar telah memiliki inkubator bisnisnya sendiri, sehingga kementerian yang dikomandoinya berupaya mendukung universitas-universitas lain untuk ikut membentuk inkubator bisnis.
Dikatakannya, untuk mewujudkan target itu harus ada kurang lebih satu juta pelaku wirausaha muda dalam waktu dua tahun.
“(Angka) minimal untuk negara maju itu (memiliki wirausaha) empat persen. Rata-rata negara maju sekarang itu antara 10 sampai dengan 12 persen. Kita masih tertinggal dari Singapura yang saat ini sudah 8,6 persen, sementara Thailand dan Malaysia sudah di atas 4,5 persen,” kata Teten.
Oleh karena itu, ia berharap penandatangan nota kesepahaman kerja sama (MoU) antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan perguruan tinggi sebagai pijakan bagi kampus untuk mengarahkan para mahasiswa agar berwirausaha ketimbang menjadi karyawan perusahaan swasta atau PNS.
“Kita memang harus mengubah mindset (pola pikir) perguruan tinggi, tidak boleh lagi menyiapkan para sarjana jadi pegawai. Kita ubah bagaimana mahasiswa bukan pencari kerja, tetapi pencipta lapangan kerja,” katanya.
Baca juga:
Teten mengaku tengah menyampaikan Bali sebagai daerah yang menjadi perhatian Kemenkop UKM untuk mencetak satu juta wirausaha muda pada 2024.
"Kami pilih Bali sebagai salah satu prioritas, karena Bali punya DNA entrepreneur. Banyak entrepreneur-entrepreneur sukses di sini, dan Bali juga menjadi jendela untuk masuk pasar global. Paling tidak, kita bisa memperkenalkan produk-produk UMKM dari seluruh Indonesia lewat Bali,” pungkasnya.