AS Singgung Program Nuklir, Korea Utara: Kami Tidak akan Mentolerir Tuduhan Tanpa Alasan
JAKARTA - Korea Utara memperingatkan pihaknya 'tidak akan pernah mentolerir' kritik Amerika Serikat terhadap program nuklir mereka, menyebut Washington sebagai gerbong proliferasi nuklir dan mengatakan tidak akan membiarkan pelanggaran hak kedaulatannya.
Korea Utara telah melakukan uji coba rudal dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini dan para ahli internasional percaya bahwa mereka sedang mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh, yang pertama sejak 2017.
Perwakilan tetap Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan pernyataan pada Hari Rabu, ketika para diplomat berkumpul di New York untuk konferensi PBB selama sebulan untuk meninjau Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam pertemuan itu, Korea Utara "terus memperluas program nuklirnya yang melanggar hukum" dan "sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh."
"Ini adalah puncak dari kesibukan menyalahkan, bahwa Amerika Serikat menuduh 'ancaman nuklir' seseorang, mengingat fakta mereka adalah gembong proliferasi nuklir," kata Korea Utara dalam pernyataan tersebut, melansir Reuters 4 Agustus.
Korea Utara juga mengatakan telah menarik diri dari perjanjian non-proliferasi sejak lama, jadi tidak ada yang berhak melanggar hak negara untuk membela diri.
Baca juga:
- Nancy Pelosi Terbang: China Gelar Latihan Militer, Termasuk Uji Coba Rudal, Mengelilingi Taiwan di Enam Zona Mulai Hari Ini hingga Minggu
- Usai Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Taiwan Antisipasi Peningkatan 'Perang Psikologis'
- Dilanda Musim Panas Ekstrem, Belanda Umumkan Kekurangan Air Akibat Kekeringan
- Ada Risiko Peradangan Jantung, Uni Eropa Rekomendasikan Vaksin COVID-19 Novavax Cantumkan Peringatan Efek Samping
"Kami tidak akan pernah mentolerir upaya apa pun oleh AS dan pasukan budaknya untuk menuduh negara kami tanpa alasan dan melanggar hak kedaulatan dan kepentingan nasional kami," tegas Korea Utara.
Diketahui, pekan lalu Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan negaranya siap untuk meningkatkan efek gentar perang nuklirnya, untuk setiap bentrokan militer dengan Amerika Serikat.