Rusia Dukung Peringatan Tegas China Terhadap AS Soal Taiwan, Kremlin: Perilaku Seperti Itu hanya Menyebabkan Ketegangan

JAKARTA - Kremlin sependapat dengan pemimpin China Xi Jinping, yang dalam percakapan telepon, memperingatkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden agar tidak bermain dengan api, terkait dengan sikap Washington mengenai Taiwan.

"Tidak diragukan lagi, kami dalam solidaritas. Kami menghormati kedaulatan dan integritas teritorial China dan berpikir bahwa tidak ada negara di dunia yang berhak mempertanyakannya atau melakukan langkah-langkah hasutan atau lainnya," jelas juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, melansir TASS 29 Juli.

Lebih lanjut Peskov menerangkan, sikap Washington terhadap Taiwan hanya akan menyebabkan lebih banyak ketegangan, di tengah dunia yang sudah banyak permasalahan.

"Kami yakin bahwa perilaku seperti itu di panggung internasional hanya dapat menyebabkan ketegangan lebih lanjut, dengan dunia yang sudah tegang oleh banyak masalah regional dan global. Tentu saja, langkah-langkah seperti itu hanya dapat merusak," urai Peskov.

Sebelumnya, para pemimpin China dan AS membahas Taiwan dalam percakapan telepon. Para pihak mencatat bahwa Washington dan Beijing berbeda dalam masalah ini, tetapi perlu untuk menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.

Presiden Xi Jinping mengatakan, Amerika Serikat harus mematuhi "prinsip satu-China" dan menekankan, China dengan tegas menentang kemerdekaan Taiwan dan campur tangan kekuatan eksternal.

"Mereka yang bermain api akan binasa karenanya," kata Kementerian Luar Negeri China mengutip pernyataan Presiden Xi kepada Presiden Biden dalam panggilan kelima mereka sebagai pemimpin, melansir Reuters.

Sementara itu, Presiden Biden mengatakan kepada Presiden Xi, kebijakan AS tentang Taiwan tidak berubah dan bahwa Washington sangat menentang upaya sepihak untuk mengubah status quo atau merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, kata Gedung Putih, merujuk pada perairan selebar 100 mil yang memisahkan Taiwan pulau dari daratan.

Dialog kedua pemimpin itu digelar di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, terkait isu Taiwan yang dipicu oleh niat Ketua DPR AS Nancy Pelosi untuk berkunjung ke pulau tersebut.

Diketahui, Taiwan telah diperintah oleh pemerintahan lokalnya sejak 1949 ketika pasukan Kuomintang yang tersisa yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (1887-1975) melarikan diri ke pulau itu setelah menderita kekalahan dalam perang saudara di China.

Sejak itu, Taiwan telah melestarikan bendera dan beberapa simbol Republik Tiongkok lainnya yang telah ada di Tiongkok daratan sebelum Komunis berkuasa. Beijing menganggap pulau itu sebagai salah satu provinsinya dan posisi ini didukung oleh sebagian besar negara, termasuk Rusia.