Terima Ancaman Bom: Sejumlah Sekolah di Selandia Baru Ditutup, Ada yang Lakukan Evakuasi
JAKARTA - Sedikitnya selusin sekolah di berbagai wilayah Selandia Baru menerima ancaman bom pada Kamis, menyebabkan gangguan luas yang diyakini sebagai serangan siber di luar negeri.
Akibat serangan teror tersebut, banyak sekolah yang terkait ditutup atau dievakuasi, seperi melansir CNA 28 Juli.
Gelombang ancaman baru datang 24 jam setelah panggilan palsu ke empat sekolah Selandia Baru pada Hari Rabu di Waikato, Thames dan Gisborne di Pulau Utara.
Cherie Taylor-Patel, presiden Federasi Kepala Sekolah Selandia Baru, mengatakan kepada RNZ, bahwa dia telah berbicara dengan Kementerian Pendidikan, yang "memahami ini sebenarnya adalah cyberbot yang datang dari luar negeri".
Sementara itu, pihak Kepolisian Selandia Baru mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka "tidak percaya ada risiko keamanan".
Kendati demikian, pihak berwenang mengatakan mereka masih menyelidiki ancaman terhadap sekolah-sekolah di Marlborough, Masterton, Kaikoura, Greymouth, Queenstown, Levin, Whanganui, Rolleston, Takaka, Geraldine, Dunstan, Ashburton dan Palmerston North.
Terpisah, Komandan Wilayah Tasman Simon Feltham mengatakan, mereka telah melakukan pembicaraan dengan "dua orang muda" atas ancaman yang dibuat terhadap Marlborough Girls' College.
Diketahui, sejauh ini tidak ada laporan tentang penemuan alat peledak atau yang terkait di salah satu sekolah yang menjadi sasaran ancaman bom kali ini.
Baca juga:
- Sempat Terpeleset, Pria Ini Rela Lempar Telepon Genggamnya untuk Menyelamatkan Balita yang Jatuh dari Lantai 6 Sebuah Gedung
- Serangan Balik Tentara Ukraina di Kherson: Tiga Jembatan Putus, Ribuan Tentara Rusia Tersudut di Dekat Sungai Dnipro
- Polandia Borong 48 Jet Tempur, 980 Tank Tempur dan 648 Howitzer dari Korea Selatan, Buat Apa?
- Menlu Antony Blinken Akui AS Ajukan Proposal Pembebasan Dua Warga Negaranya yang Ditahan Rusia
Untuk diketahui, ada insiden serupa pada tahun 2016 ketika sekolah-sekolah di Selandia Baru dan Australia menerima panggilan palsu, mengatakan ada bom di sekolah yang menerima panggilan.
Adapun di tahun 2018, seorang Israel-Amerika dipenjara selama 10 tahun oleh pengadilan di Israel karena membuat sekitar 2.000 ancaman tipuan di Amerika Utara, Inggris, Australia, Selandia Baru, Norwegia dan Denmark.