Militer Inggris Tinjau Klaim Pembunuhan oleh Pasukan Khusus SAS di Afghanistan, Boris Johnson Sebut Tidak Ada yang Kebal Hukum
JAKARTA - Kementerian Pertahanan Inggris mengundang seorang hakim untuk memeriksa, bagaimana menangani tuduhan anggota SAS (Special Air Service Regiment) terlibat dalam pembunuhan di luar hukum di Afghanistan.
Sebuah film dokumenter 'Panorama BBC' bulan ini membuat tuduhan serius terhadap pasukan khusus Inggris, menunjukkan bahwa satu unit mungkin salah membunuh 54 orang selama tur Afghanistan.
Kepala pertahanan mengatakan program itu menarik "kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan" dari tuduhan yang telah diselidiki dan tidak menghasilkan penuntutan, melansir The National News 27 Juli.
Namun kementerian telah mengusulkan agar seorang hakim senior dapat melihat bagaimana klaim tersebut ditangani, kata seorang juru bicara kepada BBC.
Penyelidikan semacam itu tidak akan meninjau tuduhan itu sendiri, meskipun kementerian meminta bukti baru untuk diteruskan ke polisi militer.
Itu terjadi setelah surat pengadilan yang diajukan pada Hari Selasa, dilihat oleh beberapa media Inggris, mengklaim penyelidik militer berada di bawah 'tekanan politik' untuk tidak mengejar kepemimpinan senior SAS.
Program Panorama, yang ditayangkan pada 12 Juli, mengklaim seorang tokoh senior SAS gagal memberikan bukti untuk penyelidikan pembunuhan oleh polisi militer.
Mengutip saksi, dokumen SAS tertulis dan dokumen pengadilan, penyelidikan BBC mengklaim bahwa operasi Inggris di Afghanistan, "berulang kali membunuh tahanan dan pria tak bersenjata dalam keadaan mencurigakan".
Pelapor mengatakan mereka melihat orang-orang yang tidak bersenjata terbunuh dalam penggerebekan malam, hingga senjata yang diduga ditanam di tempat kejadian untuk membenarkan pembunuhan yang meragukan.
Program tersebut mengklaim petugas lain terkejut dengan tingkat korban yang tinggi, mengingat tidak ada pasukan SAS yang melaporkan cedera dalam baku tembak dengan militan Taliban.
Diduga bahwa skuadron SAS bersaing satu sama lain untuk mencapai "jumlah tubuh" tertinggi selama tur mereka di Afghanistan.
Kementerian Pertahanan mengatakan "penyelidikan ekstensif dan independen" terhadap perilaku pasukan Inggris tidak menghasilkan cukup bukti untuk menuntut.
"Menyindir sebaliknya adalah tidak bertanggung jawab, tidak benar dan menempatkan personel Angkatan Bersenjata kita yang berani dalam bahaya baik di lapangan maupun secara reputasi," sebut kementerian.
Terpisah, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pemerintah tidak menerima atau mengomentari temuan itu, tetapi tidak ada seorang pun di angkatan bersenjata yang kebal hukum.
Baca juga:
- Gempa 7,1 Skala Richter Guncang Filipina: Empat Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka, Rusak Bangunan Bersejarah Peninggalan Kolonial Spanyol
- Amerika Serikat Umumkan Bantuan Militer Baru untuk Ukraina: Ada HIMARS, 580 Pesawat Tak Berawak Phoenix Ghost dan 36 Ribu Butir Amunisi Meriam
- Pentagon Setujui Rencana Merawat Pasukan Ukraina di Rumah Sakit Militer Amerika Serikat
- Kehilangan Popularitas di Inggris, Warga Ukraina Gelar Petisi Pemberian Kewarganegaraan untuk Boris Johnson dan Jabatan Perdana Menteri
Diketahui, pasukan Inggris bertugas di Afghanistan dari 2001 hingga 2021. Kampanye 20 tahun oleh koalisi pimpinan AS berakhir, ketika Taliban kembali berkuasa tahun lalu.
Adapun investigasi terhadap perilaku pasukan Australia menemukan pada tahun 2020 bahwa mereka terlibat dalam 39 pembunuhan di luar hukum di Afghanistan, tanpa satu pun dari mereka dilakukan dalam "panasnya pertempuran".