Prostitusi Gunung Antang Masih Berdiri di Atas Lahan PT KAI, Warga: Mudah-mudahan Tidak Sebatas Formalitas
JAKARTA - Belum terlaksana pembongkaran lahan prostitusi Gunung Antang yang dilakukan Satpol PP, PT KAI dan Pemkot Jakarta Timur menimbulkan pertanyaan besar dari masyarakat sekitar.
Warga menduga adanya banyak kepentingan tertentu dari instansi terkait soal keberadaan lokalisasi prostitusi fenomenal di kawasan Jakarta Timur itu.
"Dari pihak PT KAI dan Pemda juga enggak punya ketegasan ya, kalau bongkar ya bongkar gitu, orang awam tuh jadi enggak tanda tanya, ini apa sih maksudnya?" kata Ketua RW 09 Kelurahan Palmeriam, Sutrisno saat dikonfirmasi wartawan, Selasa, 26 Juli.
Pengurus RW 09 Kelurahan Palmeriam meminta PT KAI selaku pemilik lahan untuk lebih tegas dalam menertibkan lokalisasi Gunung Antang, Matraman, Jakarta Timur.
Ketua RW 09 Kelurahan Palmeriam, Sutrisno mengatakan, ketegasan itu diperlukan agar penghuni lokalisasi benar-benar membongkar bangunannya secara mandiri.
Selain itu, sikap tegas juga penting agar rencana penertiban itu tak dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja atau bersifat formalitas belaka.
"Mudah-mudahan enggak sebatas formalitas aja, benar ada penertiban biar ke depannya tuh enggak dianggap 'ah biasa'," kata Sutrisno.
Lebih lanjut, PT KAI pun perlu berkoordinasi dengan Pemkot Jakarta Timur beserta aparat keamanan untuk meninjau apakah penghuni lokalisasi Gunung Antang sudah membongkar bangunannya secara mandiri atau belum, termasuk memberi peringatan keras apabila masih ada bangunan liar di area milik PT KAI tersebut.
"Dari PT KAI, dari pemda (Pemkot Jaktim), dari aparat kepolisian enggak ada aksinya ke lokasi, enggak ada ultimatum yang benar-benar tegas gitu," sesalnya.
Baca juga:
Bahkan sampai tenggat waktu akhir Juli pun belum ada petugas PT KAI yang datangi lokasi prostitusi yang diwacanakan akan dibongkar itu.
Hingga sosialisasi pembongkaran mandiri digelar pada 30 Juni 2022 lalu di Aula Kantor Kecamatan Jatinegara dan sampai saat ini, bangunan liar lokalisasi Gunung Antang masih berdiri bahkan kembali beroperasi.
Sutrisno mengatakan mereka diberi waktu hingga 2 Agustus 2022 mendatang untuk melakukan pembongkaran mandiri.
"Belum ada tanda-tanda penertiban, di suratnya kan jelas warga yang di atas Gunung Antang itu harus bongkar mandiri, tapi dikasih batas waktu sampai tanggal 2 (Agustus), baru dibongkar paksa. Tapi sekarang saja penghuni belum lakukan bongkar mandiri," ujarnya.
Sebelumnya, kata Sutrisno, lokalisasi yang dikenal sebagai tempat prostitusi dan perjudian itu sempat berhenti beroperasi lantaran kasus penyerangan komplotan preman Gunung Antang ke permukiman warga RW 01, Kelurahan Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.
Penyerangan itu terjadi Minggu, 12 Juni dan Senin, 13 Juni. Komplotan preman Gunung Antang itu menyerang dengan menggunakan senjata tajam, batu, dan senjata api.
"Sekitar seminggu lalu udah mulai aktif lagi. Sebelumnya sempat berhenti karena situasi kurang kondusif. Musik bunyi lagi, cuma pelan, kalau dulu kan kenceng bener," ucapnya.
Lebih lanjut Sutrisno menjelaskan, lokalisasi Gunung Antang sudah ada sekira tahun 1975. Keberadaannya jatuh bangun seiring adanya penertiban.
"Ini (lokalisasi) udah ada sekira tahun 1975, udah 40 tahun lebih," katanya.
Sutrisno memperkirakan kurang lebih ada 60-100 bangunan liar yang ada di lokalisasi tersebut.
"Bedeng liar ada 60-100, kebanyakan warga dari luar. Orang liar saja yang ada disana," ujarnya.