Ada Luka Tertembus Peluru, Komnas HAM Sebut Brigadir J Ditembak dari Jarak Tak Terlalu Jauh
JAKARTA - Komnas HAM menyebutkan Brigadir Nofriansyah Joshua Hutabarat alias Brigadir J tewas ditembak dari jarak yang tidak terlalu jauh. Kepastian itu diperoleh dari hasil pendalaman luka di tubuh Brigadir J.
"Kalau dari karakter luka, jaraknya [penebakan] memang tidak terlalu jauh. Tetapi ada beberapa karakter jarak yang berbeda-beda. Itu dari hasil pendalaman kami," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Juli.
Choirul menjelaskan luka tembak Brigadir J ada yang sampai menembus bagian tubuh. Namun, sebagian peluru masih bersarang di dalam tubuhnya.
"Jumlah luka masuk dan keluar [peluru] berbeda karena memang ada yang masuk dan keluar pelurunya masih bersarang di tubuh. Sehingga jumlahnya berbeda," jelasnya.
Anam mengatakan, penjelasan proses autopsi terhadap jenazah Brigadir J sangat detail dan transparan. Bahkan, hingga titik-titik luka juga diperlihatkan.
"Itu dilihat, organ dalamnya kami juga diperlihatkan. Jadi proses kemarin itu, menurut kami sangat transparan. Kalau kita hanya ditunjukan hasil autopsi disuruh baca, ya enggak begitu di kami. Kalau kami memang ingin melihat roma tricalnya," katanya.
Baca juga:
- Polisi Ringkus 1 Pelaku Pengeroyokan Wartawan hingga Tewas di Jaktim
- Alasan Penetapan Ahyudin dan Ibnu Khajar Jadi Tersangka Kasus ACT: 'Potek' Dana Donasi 30 Persen
- Wacana KPU Izinkan Kampanye Pemilu 2024 Masuk Kampus, Komisi II DPR: Asal Konten Tidak Black Campaign
- Kemenkumham Diminta Tolak Klaim Baim Wong Soal Citayam Fashion Week, Musni Umar: Dia Tidak Punya Legalitas Patenkan CFW
Sebelum jenazah diautopsi, kata Anam, Komnas HAM juga diperlihatkan detail luka lebam. "Jadi itu kunci dalam konteks autopsi adalah melibat jenazah sebelum diautopsi," ucapnya.
"Dan itu kami sudah lihat dengan detail, dan sangat mendalam. Ditunjukan bagaimana cara kerjanya dan pakai alat apa dan sebagainya, termasuk kami juga ditunjukan karena itu foto ya, kameranya pakai kamera profesional yang memang untuk kerja-kerja forensik, pasti hasilnya berbeda. Jadi bias karena pendekatan teknologi jiga diminimalisir dengan pendekatan penggunaan kamera yang memang standard digunakan untuk kedokteran forensik," lanjutnya.
Secara prosedur, Anam mengatakan, Komnas HAM sudab bisa menarik kesimpulan untuk internal tim. "Karena kami sudah dapat dari keluarga, dari keluarga kami uji dengan ahli, habis itu kami pakai dari keluarga dan ahli itu untuk menanya banyak hal kepada Dokkes. Namun demikian karena ada proses ekshumasi, kami akan tunggu hasil ekshumasi. Kami kirim staf ke sana dan ini dalam proses perjalanan ke Jambi," kata Anam.