Australia Diterjang Gelombang Subvarian Omicron: Otoritas Kesehatan Ingin Warga Bekerja dari Rumah, Kembali Gunakan Masker di Ruangan
JAKARTA - Jumlah warga Australia yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 mendekeyai level rekor pada Hari Rabu, dengan pihak berwenang mendesak pelaku bisnis untuk mengizinkan stafnya bekerja dari rumah, merekomendasikan penggunaan masker dalam ruangan dan seruan mendapatkan vaksin dosis booster.
Australia berada dalam cengkeraman gelombang ketiga Omicron yang didorong oleh subvarian baru yang sangat menular, BA.4 dan BA.5, dengan lebih dari 300.000 kasus tercatat selama tujuh hari terakhir.
Pihak berwenang Negeri Kanguru mengumumkan, jumlah kasus infeksi baru COVID-19 pada Hari Rabu mencapai 53.850, angka infeksi harian tertinggi dalam dua bulan terakhir. Namun, jumlah sebenarnya disebutkan bisa dua kali lipat dari angka tersebut.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menolak tekanan untuk memberlakukan kembali pembatasan ketat untuk menghentikan penyebaran virus, termasuk membuat masker wajib di dalam ruangan, meskipun ia mendorong orang untuk memakainya.
"Yang benar adalah, jika Anda memiliki mandat, Anda harus menegakkannya," kata Albanese kepada wartawan, melansir Reuters 20 Juli.
"Meskipun ada mandat pada transportasi umum, tidak semua orang memakai masker," sambungnya.
Lebih jauh PM Albanese mengatakan, pengusaha dan karyawan harus memutuskan bersama tentang pengaturan kerja dari rumah, karena serikat pekerja meminta pengusaha untuk berbuat lebih banyak untuk staf mereka.
Pengusaha harus melampaui pembayaran cuti pandemi pemerintah, memberikan cuti berbayar dengan gaji penuh bagi pekerja yang perlu mengisolasi, serta menawarkan tes antigen cepat gratis, tutur Presiden Dewan Serikat Buruh Australia Michele O'Neil.
"Tidak ada pekerja yang harus memutuskan antara meletakkan makanan di atas meja atau mengisolasi dengan COVID," tukas O'Neil.
Pekan lalu, Australia mengembalikan pembayaran dukungan untuk pekerja lepas yang harus dikarantina.
Sementera itu, Kepala Petugas Medis Australia Paul Kelly memperkirakan jumlah orang yang berakhir di rumah sakit akan segera mencapai rekor tertinggi, mendesak pelaku usaha untuk membiarkan lebih banyak staf bekerja dari rumah.
Australia dapat melihat "jutaan" kasus baru selama beberapa minggu mendatang, pihak berwenang telah memperingatkan. Saat ini, sekitar 5.350 warga Australia dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, tidak jauh dari rekor 5.390 yang tercatat pada Januari selama wabah BA.1, data resmi menunjukkan.
Sedangkan, jumlah di Negara Bagian Queensland, Tasmania dan Australia Barat bahkan sudah mencapai angka tertinggi sejak pandemi dimulai.
Di tengah kondisi tersebut, banyak petugas kesehatan garis depan juga sakit atau dalam isolasi, yang semakin membebani sistem kesehatan. Dokter Australia mengatakan masker harus diwajibkan di tempat-tempat dalam ruangan.
Baca juga:
- Presiden Putin Kunjungi Teheran, Komandan Angkatan Darat Ungkap Iran Siap Ekspor Drone untuk Negara Bersahabat
- Amerika Serikat Masukkan Rusia dalam Daftar Negara yang Terlibat Perdagangan Manusia, Soroti Penggunaan Tentara Anak-anak
- Soal Kesepakatan Damai dengan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin: Hari Ini Kyiv Tidak Memiliki Keinginan Itu
- Gedung Putih Sebut Kunjungan Presiden Putin ke Iran Menunjukkan Betapa Terisolasinya Rusia
"Kami tidak memiliki sabuk pengaman opsional, kami tidak memiliki batas kecepatan opsional. Ada banyak batasan pada kebebasan kami yang kami terima karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," papar Presiden Asosiasi Medis Australia Omar Khorshid kepada stasiun radio 2GB.
Pihak berwenang juga telah memperingatkan adanya keterlambatan pada orang-orang yang mengambil suntikan dosis booster mereka.
Sejauh ini, 95 persen orang di atas 16 telah memiliki dua dosis, membantu menjaga total kasus COVID-19 Australia di bawah 9 juta dan kematian pada 10.884, jauh lebih rendah daripada banyak negara. Tetapi hanya sekitar 71 persen yang menerima tiga dosis atau lebih.