Subvarian BA.4 dan BA.5 Omicron Menggila, Australia Catat Rekor Jumlah Pasien COVID-19 yang Dirawat di Rumah Sakit Sejak Pandemi
Ilustrasi COVID-19 di Brisbane, Australia. (Wikimedia Commons/Kgbo)

Bagikan:

JAKARTA - Australia mencatat rekor jumlah pasien akibat COVID-19 yang dirawat di rumah sakit pada Hari Senin, mencapai 5.450 orang berdasaran data resmi, ketika penyebaran sub-varian Omicron baru yang sangat menular membebani sistem perawatan kesehatan secara nasional.

Angka tersebut telah meningkat sejak akhir Juni, karena subvarian BA.4 dan BA.5 menjadi dominan, lantaran dapat menghindari perlindungan kekebalan, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, sementara beberapa ahli mengatakan yang terakhir dapat menular seperti campak.

Jumlah mereka yang dirawat di rumah sakit adalah yang tertinggi sejak munculnya virus corona, melebihi jumlah tertinggi Januari di 5.390 selama gelombang pertama infeksi Omicron. Korban tewas harian juga meningkat, melampaui 100 pada Hari Sabtu untuk pertama kalinya, melansir Reuters 25 Juli.

Lebih dari 1.000 panti jompo telah mengalami wabah, kata pemerintah, karena sebagian besar orang tua terkena dampaknya.

Dengan beberapa pusat perawatan lanjut usia berjuang melawan kekurangan staf, dukungan personel pertahanan di fasilitas tersebut akan diperpanjang hingga akhir September, kata Menteri Pertahanan Richard Marles.

"Ini adalah tindakan ekstrem dan tepat untuk menggambarkannya seperti itu," katanya kepada televisi ABC.

"Mengingat jumlah wabah yang kita alami saat ini, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan," sambungnya.

Diketahui, banyak pekerja garis depan di rumah sakit juga sakit atau dalam isolasi, memperburuk krisis perawatan kesehatan.

Selama musim dingin yang keras dengan COVID-19 dan virus flu yang beredar, pihak berwenang telah merekomendasikan penggunaan masker di dalam ruangan dan dosis booster vaksin yang mendesak, sambil memberi tahu bisnis untuk mengizinkan bekerja dari rumah.

Australia, salah satu negara yang paling banyak divaksinasi COVID-19, telah memberikan dua dosis kepada sekitar 95 persen dari mereka yang berusia di atas 16 tahun, meskipun hanya sekitar 71 persen yang telah mendapatkan suntikan booster.

Namun, penghitungannya sekitar 9,13 juta infeksi dan 11.181 kematian lebih rendah daripada banyak negara maju lainnya.