Golkar: KIB Akan Bentuk Tim Bahas Penentuan Capres

JAKARTA - Ketua DPD Partai Golkar Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena, mengungkapkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan segera membentuk tim untuk membahas mekanisme penentuan calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Akan ada tim nanti yang ditugaskan oleh masing-masing ketua umum partai untuk duduk merumuskan berbagai hal tadi. Termasuk bagaimana mekanisme kita membicarakan, menghadirkan capres cawapres dari KIB," ujar Melki dalam acara diskusi bertajuk "Peta Koalisi Pasca Kelahiran KIB" di Jakarta Selatan, Jumat, 15 Juli.

Melki menjelaskan Golkar, PAN dan PPP punya mekanisme sendiri untuk menunjuk jagoannya yang akan diusulkan sebagai capres. Misalnya, Partai Golkar melalui Musyawarah Nasional 2019 dan Rapat Pimpinan Nasional 2021 telah memutuskan Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden pada 2024.

"Kemudian dari semua hasil setiap partai ini pasti akan ada waktu di mana juga masing-masing partai akan duduk," ungkap Melki.

Wakil Ketua Komisi IX DPR ini menuturkan, KIB masih memiliki banyak waktu untuk membicarakan sosok yang akan diusung sebagai calon presiden dan wakil presiden. Saat ini pengurus anggota KIB dari tingkat elite hingga akar rumput pun telah menjalin komunikasi yang baik, termasuk membahas konsep maupun calon yang diusung.

"Waktu yang longgar ini membuat kami cukup waktu, di level atas membicarakan tentang bagaimana membangun konsepsinya, gagasan tentang power sharing misalnya, kemudian tentu menyepakati bagaimana kita mendesain capres cawapres," jelas Melki.

Melki mengklaim, KIB adalah terobosan politik yang sama-sama menguntungkan tiga partai pengusungnya. Menurutnya, kerjasama yang dibangun Golkar, PAN dan PPP bersifat longgar.

“KIB cara baru dalam mendesain peta politik menuju 2024. Kalau KIB diapresiasi positif, karena memang banyak manfaat dan keuntungan yang kita raih,” katanya.

Dia mengumpamakan, KIB sebuah kertas putih kosong yang harus diisi bersama. Kerja sama semakin menguntungkan karena ketiga partai punya ceruk pemilih yang berbeda.

“Kita di masing-masing partai sama-sama mengisi kertas putih kosong itu, kerja sama menuju Pilpres, Pileg dan Pilkada. Ceruk pasar Golkar, PAN dan PPP itu tidak sama,” pungkasnya.