Amartha, Fintech Milik Mantan Stafsus Presiden Jokowi Telah Salurkan Pendanaan Rp1,5 Triliun dalam Enam Bulan Tahun Ini

JAKARTA - PT Amartha Mikro Fintek mencatatkan kinerja positif pada semester I-2022. Perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech) peer-to-peer lending milik Andi Taufan Garuda Putra, berhasil menyalurkan pembiayaan Rp1,5 triliun.

Pencapaian itu tumbuh 78 persen jika dibandingkan penyaluran pembiayaan periode sama 2021 Rp870 miliar. Chief Financial Officer Amartha Ramdhan Anggakaradibrata menjelaskan, penyaluran pembiayaan tersebut merupakan kontribusi dari berbagai pendana, baik pendana di level institusi seperti perbankan maupun pendana di level ritel individu.

"Amartha cukup gencar menggalakan kolaborasi strategis dengan sektor perbankan seperti BPD, BPR, maupun bank Nasional untuk mengakselerasi penyaluran pembiayaan bagi pertumbuhan UMKM di pedesaan," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis 14 Juli.

Sebagai informasi, bos Amartha yakni Andi Taufan Garuda Putra, tercatat pernah dipercaya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai staf khusus, sebelum dia mengundurkan diri pada April 2020.

Amartha sendiri berdiri pada 2010 lalu dan merupakan pionir fintech lending di Indonesia. Dalam berkegiatan, perusahaan ini memberdayakan perempuan pengusaha ultra mikro di daerah pedesaan dengan memberikan pinjaman modal usaha berbasis kelompok, mulai dari Rp3 juta hingga Rp10 juta yang disertai dengan pendidikan literasi keuangan dan pelatihan kewirausahaan.

Ramdhan menyatakan bahwa di tengah maraknya masalah ekonomi, pihaknya tetap berupaya untuk menjaga performa keuangan yang sehat dan stabil di sepanjang semester satu tahun ini.

"Hal ini dibuktikan dengan jumlah penyaluran permodalan yang terus meningkat. Sumber pembiayaannya didominasi dari pendana institusi seperti perbankan yakni lebih dari 60 persen, yang kemudian disusul pendana individu," tutur Ramdhan.

Penyaluran permodalan Amartha difokuskan ke luar pulau Jawa dengan porsi lebih dari 65 persen. Capaian ini, menurut Ramdhan, adalah salah satu komitmen Amartha untuk mendorong pemerataan inklusi keuangan serta pembangunan kesejahteraan daerah pelosok.

Amartha menjaga kualitas pinjaman dengan menerapkan sistem credit scoring berbasis machine learning. Hingga saat ini, perusahaan mengklaim angka Non Performing Loan (NPL) di Amartha stabil di bawah 0,3 persen.

Bahkan, beberapa wilayah operasional disebut memiliki repayment rate sangat baik. Sebut saja repayment rate di Sumatera Utara dan Sumatera Barat masing-masing 100 dan 99,97 persen.

Untuk menjangkau jutaan perempuan tangguh lainnya, Amartha berencana untuk melakukan ekspansi wilayah operasional seperti ke provinsi Lampung, Bengkulu, dan Gorontalo. Oleh sebab itu, dengan adanya kebutuhan akan ekspansi serta historikal performa keuangan yang sehat, Amartha juga menargetkan untuk merekrut 1.800 tenaga kerja baru di tahun ini.

“Amartha optimis dapat menjangkau lebih banyak perempuan tangguh lewat layanan keuangan inklusif. Namun, diperlukan kolaborasi dengan banyak pihak untuk mengakselerasi penyaluran modal. Oleh sebab itu, Amartha membuka peluang bagi seluruh pihak untuk bersama-sama memajukan UMKM Indonesia lewat Amartha," tutup Ramdhan.