Warga Afrika Catat Klaim Kemenangan Trump sebagai "Demokrasi yang Tak Boleh Dicontoh"
JAKARTA - Sebagian besar masyarakat di Benua Afrika menilai tindakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam Pilpres 2020 sebagai dark joke atau komedi gelap. Trump dinilai tak cuma merusak demokrasi AS dengan tuduhan kecurangan. Klaim kemenangan sepihaknya disebut jadi contoh buruk bagi Afrika.
“Trump memberikan contoh buruk bagi Afrika dan negara seperti kita. Anda tidak dapat memproklamasikan diri Anda sendiri dalam pemilihan di mana Anda adalah seorang kandidat ketika keadilan ada, ”kata salah seorang warga Guinea, Mory Keita dikutip Reuters, Kamis, 5 November.
Pendapat Keita tak sepenuhnya salah. Bahkan jauh sebelum pilpres AS, puluhan orang telah tewas dalam sebuah unjuk rasa setelah Presiden Guinea Alpha Conde tepilih kembali dengan cara yang kontroversial. Itulah mengapa kejadian Trump ditakutkan akan kembali mengilhami negara-negara di Afrika dengan mencederai demokrasi.
"Ini benar-benar aib. Kekacauan seperti itu layak untuk republik pisang, republik yang ekonominya dan politiknya tidak stabil," kata warga Guinea lainnya, Bachir Diallo.
Baca juga:
Bahkan warga Tanzania, Tito Kisiya, mengungkap bahwa apa yang mereka lihat dari tingkah laku Trump, justru tak jauh berbeda dengan yang mereka lihat dalam politik Afrika saat ini. Alhasil, ketika para pemimpin Afrika melihatnya, niscaya mereka akan merasa ada kesamaan dengan Trump.
Meski begitu, tak semua warga Afrika menilai buruk pilpres AS. Bagi seorang guru sekolah di Pantai Gading, Viviane Asseke malah menilai keriuhan pilpres AS yang disambut dengan antusias oleh seiisi dunia membuatnya meyakini bahwa AS adalah wujud dari demokrasi sebenarnya.
“(Pemilu) ini tenang, dan tidak ada kekerasan. Itu membuatmu ingin memilih," tutupnya.
ilustrasi:
Photo by Avel Chuklanov on Unsplash