Rusia Konfirmasi Kasus Cacar Monyet Pertama, Terdeteksi pada Pemuda yang Baru Kembali dari Perjalanan ke Eropa

JAKARTA - Otoritas Rusia mengumumkan kasus pertama infeksi cacar monyet di negara itu, terdeteksi pada seorang yang kembali dari perjalanan ke Eropa, Selasa.

"Kasus cacar monyet pertama kali dikonfirmasi di Rusia. Penyakit ini terdeteksi pada seorang pemuda yang kembali dari perjalanan ke negara-negara Eropa dan datang ke fasilitas medis dengan ruam yang khas," kata layanan pers Layanan Federal untuk Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia kepada wartawan, melansir TASS 12 Juli.

"Bahan biologis yang diambil dari pasien dilarikan ke fasilitas sanitasi. fasilitas pengawas berwenang untuk melakukan tes yang sesuai. Hasil pengujian biomaterial mengkonfirmasi infeksi monkeypox," sambung badan itu.

Layanan pers juga mencatat, pasien memiliki bentuk penyakit ringan dan hidupnya tidak dalam bahaya: "Pasien diisolasi dan berada di fasilitas medis khusus untuk infeksi."

Dikatakan, mereka juga menambahkan bahwa pria itu memiliki jumlah kontak yang terbatas sejak kedatangannya di Rusia dan dia tinggal sendirian di apartemennya. Menurut layanan pers, semua orang yang dihubunginya telah ditetapkan dan berada di bawah pengawasan medis.

"Situasinya dikendalikan secara ketat oleh Layanan Federal untuk Pengawasan Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia," sebut bunyi pernyataan itu.

Kasus cacar monyet pertama di Rusia terdeteksi berkat ketersediaan sistem uji oleh Pusat Vektor dan ada cukup banyak sistem ini di Rusia, menurut pengawas sanitasi.

Selain itu, inokulasi massal terhadap cacar yang dilakukan di Rusia sebelumnya menciptakan lapisan kekebalan yang substansial untuk mengekang penyebaran cacar monyet.

Pengawas sanitasi menegaskan, gejala cacar monyet mirip dengan cacar tetapi tidak terlalu parah. Namun, disarankan untuk menggunakan tindakan pencegahan dasar dan alat pelindung diri saat menghubungi mereka yang datang dari negara tempat wabah penyakit ini tercatat.

"Mereka yang mengunjungi negara-negara endemik Afrika harus menghindari kontak dengan hewan yang dapat menularkan virus, terutama dengan hewan pengerat dan primata," tutup badan tersebut.