Melihat Sepak Terjang Partai Libertarian dan Partai Hijau, Peserta Pilpres AS Selain Trump dan Biden
JAKARTA - Perlu diketahui bahwa tidak hanya Partai Demokrat dan Partai Republik yang bersaing untuk kursi presiden Amerika Serikat (AS). Ada dua partai lain, yakni Partai Libertarian dan Partai Hijau. Seperti apa posisi politis mereka di bawah dominasi dua raksasa, Demokrat dan Republik?
Seperti Donald Trump (Republik) dan Joe Biden (Demokrat), kandidat Partai Libertarian dan Partai Hijau juga harus menerima 270 suara yang diperlukan untuk memenangi Electoral College. Kandidat dari Partai Libertarian adalah Jo Jorgensen. Sementara, dari Partai Hijau adalah Howie Hawkins. Partai Libertarian dan Partai Hijau juga disebut sebagai pihak ketiga.
Mengutip New York Times, selama siklus pemilihan pada 2016, lebih dari 7,6 juta pemilih di AS memberikan suara mereka untuk kandidat lain selain calon dari Partai Republik Donald Trump dan Partai Demokrat Hillary Clinton. Saat itu Partai Hijau memainkan peran penting di beberapa negara bagian yang jadi medan pertempuran penting, bahkan berhasil menarik suara di Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania.
Banyak anggapan bahwa memberi suara kepada pihak ketiga sama dengan membuang kesempatan. Sama halnya dengan memberi suara bagi calon independen. Namun, menurut peneliti politik dari University of Nevada Dan Lee, pihak ketiga memiliki peran terpenting di AS.
Salah satunya adalah meminta pertanggungjawaban pihak-pihak besar. Hal tersebut bisa dilakukan ketika partai besar meremehkan pemilih atau mengabaikan beberapa masalah penting.
Pihak ketiga juga dapat digunakan oleh pemilih untuk menyuarakan protes sebagai bentuk referendum tentang suatu masalah penting. Jika pihak ketiga dapat menarik partisipasi pemilih, kandidat partai ketiga paling atas dapat menarik kandidat lain di pemungutan suara. Hal tersebut membantu mereka memenangi jabatan lokal.
Namun, Dan Lee tak menampik alasan mengapa AS hanya memiliki dua partai berkuasa yang sama begitu lama karena dua partai tersebut sangat fleksibel dan berkembang seiring waktu. Lebih berkembangnya dua partai besar membuat pihak ketiga sulit mendapatkan surat elektoral. Oleh karena itu, kandidat dari pihak ketiga mengalami kesulitan dalam pemilihan presiden.
Mengenal Partai Libertian dan Partai Hijau
Menurut ballotpedia.org, Partai Libertarian memiliki calon presiden dalam pemilu sejak 1972. Namun partai tersebut tidak pernah menerima lebih dari 4 persen suara populer. Sang kandidat presiden, Jo Jorgensen juga sebenarnya bukan pendatang baru di bidang politik.
Pada 1996, dia berpasangan dengan calon presiden dari Partai Libertarian, Harry Browne. Dia juga mencalonkan diri untuk Distrik Kongres ke-4 South Carolina pada 1992. Namun ia kalah telak. Jorgensen juga dikenal sebagai kritikus sistem dua partai AS.
Jorgensen menentang penahanan massal, operasi militer asing, dan program federal yang besar. Tahun ini, Jorgensen dan wakilnya, pengusaha bernama Jeremy Cohen muncul dalam pemungutan suara pemilu di seluruh 50 negara bagian, termasuk di Washington DC.
Sementara itu, Partai Hijau termasuk baru karena berdiri pada 2001. Kandidat presiden dari Partai Hijau, Howie Hawkins adalah aktivis sosial dan pensiunan aktivis konstruksi. Hawkins adalah salah satu anggota pendiri partai dan mencalonkan diri untuk banyak jabatan di masa lalu, termasuk tiga pencalonan berturut-turut untuk Gubernur New York pada 2010, 2014, dan 2018.
Green Deal dan fasilitas kesehatan murah, dua komponen utama dari kampanye mantan calon presiden dari Partai Demokrat, Bernie Sanders juga menjadi kampanye Hawkins. Hawkins juga sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Sosialis AS.
Baca juga:
Hawkins dan wakilnya, Angela Nicole Walker muncul dalam pemungutan suara di 30 negara bagian, termasuk Washington DC. Di antara kandidat independen dan partai ketiga, Hawkins adalah kandidat terpopuler kedua setelah Jo Jorgensen. Sementara Jorgensen mendapat 4 persen dari pemilih terdaftar, Hawkins hanya mendapat 1 persen dukungan.
Tidak hanya pihak ketiga. Pilpres AS juga diikuti oleh "minoritas" lain, yaitu dari kalangan independen. Salah satunya adalah Kanye West. Kanye West mengumumkan bahwa ia mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada 4 Juli, tepat di hari kemerdekaan AS. Meski ia segera mendapat dukungan dari istrinya, bintang reality TV Kim Kardashian West; CEO Tesla Elon Musk; dan beberapa penggemar setianya, pencalonannya juga secara luas ditolak oleh pengguna media sosial. Banyak di antaranya melihatnya bahwa pencalonan Kanye West tak lebih dari promosi musiknya.
Namun Kanye West membuktikan pengkritiknya salah. Ia berhasil memenuhi syarat untuk akses pemungutan suara presiden di 12 negara bagian, termasuk Arkansas, Colorado, Oklahoma, Utah, dan Vermont. Dia mencalonkan diri sebagai anggota independen dari partainya sendiri, yang dia sebut sebagai 'Pesta Ulang Tahun' (Birthday Party). Kanye maju bersama wakilnya, Wyoming Michelle Tidball.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Morning Consult dan Politico pada Agustus menunjukkan bahwa 2 persen dari dua ribu pemilih terdaftar di AS mendukung Kanye West. Kanye West mengangkat isu konservatif dan liberal, termasuk mengakhiri hak aborsi, reformasi polisi dan menjadikan energi terbarukan sebagai prioritas utama.