Eksklusif Yayan Ruhian: Taklukan Dunia Lewat Pencak Silat dan Akting
JAKARTA - Siapa yang tidak mengenal Yayan Ruhian? Namanya sudah melanglang buana di kancah internasional. Ia bersanding dengan sederet aktor Hollywood seperti Keanu Reeves dan Harrison Ford. Uniknya, ia datang bukan sebagai orang yang menggeluti bidang akting. Namun tidak terasa sudah satu dekade ia menjadi salah satu aktor yang mampu membawa Indonesia dikenal dunia.
Tahun ini, ia kembali dengan film ketiganya berjudul Mat Kilau: Kebangkitan Pahlawan. Ia diarahkan Syamsul Yusof, salah satu sutradara kenamaan di Malaysia dan Asia Tenggara.
“Ini suatu kebanggaan tersendiri buat saya jadi bagian dari sebuah karya dalam waktu 11 hari ini menjadi film pertama yang mendapat perolehan terbesar selama ini,” kata Yayan Ruhian kepada VOI dengan semangat.
Hingga tulisan ini beredar, Mat Kilau memperoleh 53 juta ringgit dalam 13 hari dan dinobatkan sebagai film Malaysia tersukses dalam sejarah perfilman. Sebagai film yang mengambil karakter tokoh sejarah, film ini diapresiasi oleh masyarakat Malaysia. Hal itu disaksikan Yayan Ruhian sendiri kala melakukan roadshow ke beberapa kota.
“Ini karya yang betul-betul dilepas dan disambut masyarakat luar biasa. Dan saya merasakan aura ini teringat film kedua kami - The Raid. Orang-orang menyambutnya seperti ini tapi lebih lagi,” katanya di Kantor VOI, Tanah Abang, Selasa, 5 Juli.
Mat Kilau adalah seorang pejuang asal Malaysia yang menantang pemerintah Inggris di Pahang. Selain sosok pahlawan, Mat Kilau adalah tokoh ulama dan budayawan yang dihormati di Malaysia.
“Masyarakat di sana, mereka datang ke bioskop dengan baju adat, dengan kerisnya. Beberapa komunitas pencak silat bahkan mengadakan perform saat kami datang ke salah satu bioskop. Buat mereka itu hal yang luar biasa,” jelas Yayan Ruhian.
“Saya melihat Mat Kilau ini bukan hanya menjadi tontonan tapi tuntunan buat mereka karena dari Mat Kilau, mereka yang menonton dapat semangat arti sebuah perjuangan,” katanya.
Dalam film Mat Kilau, Yayan Ruhian berperan sebagai Toga, salah satu masyarakat yang memiliki peran penting. Ia menyebut Toga mewakili masyarakat pribumi di era tersebut, yang justru membelot dan berpihak kepada penjajah.
Aktor kelahiran 19 Oktober ini dikenal dengan kemampuannya pencak silat. Sebagai salah satu koreografer dan pengajar, ia ingin terus mengenalkan pencak silat termasuk lewat film-filmnya. Kemunculannya dalam industri film dimulai ketika berperan sebagai Erik dalam Merantau (2009). Yayan pun mengakui sutradara Gareth Evans dan Rangga Maya Barack dalam sosok di balik terjunnya ia ke dunia film.
“Kalau ditanya apakah ini cita-cita? Bukan. Ini keinginan? Bukan. Kalau toh ada keinginan, saya ingin bisa menikmati, bisa mensyukuri dan mudah-mudahan bisa berbagi,” kata Yayan Ruhian.
“Kalau saya bicara sejarah, pastinya saya mengucapkan sangat terima kasih ke Gareth Evans dan kawan-kawan di rumah Merantau. Merantau itu rumah tempat saya dilahirkan di dunia ini,” katanya.
Baca juga:
- Dibintangi Yayan Ruhian, Film Mat Kilau Cetak Rekor Penjualan Tertinggi
- Kesederhanaan Rizky Nazar Dikagumi Aktor Hollywood, Yayan Ruhian: Setiap Dengar Adzan Langsung ke Mushola
- Eksklusif Derry Drajat Jadi Guru, Gabungkan Akting dan Public Speaking
- Eksklusif Mahen Menjajal Akting Lewat Fim My Sassy Girl Tanpa Meninggalkan Musik
Dimulai dari The Raid, Yayan Ruhian pun mulai menarik perhatian dunia. Benar saja, pada tahun 2015, ia bergabung dalam film Takashi Miike berjudul Yakuza Apocalypse. Di tahun yang sama, ia juga membintangi Star Wars: The Force Awakens.
Setelah itu, di tahun 2017 ia tampil dalam Beyond Skyline dilanjutkan dengan John Wick: Chapter 3 - Parabellum pada tahun 2019.
“(Semua) itu tidak lepas dari keterlibatan kami di The Raid. Kita lihat, alumni Merantau yang pernah terlibat di The Raid: saya, Joe Taslim, Iko Uwais, kang Cecep, film yang kami terlibat sudah menjadi audisi secara tidak langsung,” jelas Yayan Ruhian.
Menikmati Jalan Tuhan Lewat Akting
Dengan segala keterlibatannya, Yayan Ruhian juga tidak berhenti menyebut pencak silat sebagai salah satu yang menjadi pengaruh. Ia mengklaim lebih dari separuh hidupnya untuk pencak silat.
“Ke manapun, di mana pun saya tetap merasakan di pundak saya itu pencak silat. Itu bukan milik saya tapi bagian dari budaya bangsa yang saya cintai. Jangan lupakan peninggalan nenek moyang kita. Karena saya, Iko, dan Kang Cecep bisa bergabung (ke film Hollywood) karena kami memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki, salah satunya pencak silat,” katanya.
Ia mengaku ada rasa khawatir jika dalam 5 - 10 tahun ke depan, masyarakat tidak tahu pencak silat. Ia berharap jangan sampai anak-anak ke depannya ingin belajar pencak silat tapi dari orang luar bukan orang Indonesia.
“Kita memiliki gerak, langkah, dan tekhnik tentang pencak silat yang tidak mereka miliki dan itu ada pada kita. Ada orang yang membawa pencak silat ke dunia tapi jangan sampai lupa bagaimana generasi Indonesia yang mungkin belum tahu tentang pencak silat,” tegas Yayan Ruhian.
Sepanjang pembicaraan berjalan, Yayan Ruhian banyak menceritakan proses produksi film di beberapa negara. Ia kagum dengan kebiasaan tepat waktu yang dilakukan produksi luar negeri seperti Jepang dan Amerika Serikat.
“Semua ada perbedaannya. Termasuk itu. Ada yang memang sangat disiplin dengan planning yang rapi, ada yang mungkin tidak punya planning tapi begitu sistemnya. Kita harus adaptasi gimana pun. Kalau saya gabung ke satu produksi, yang saya bisa lakukan saya harus kerjasama,” jawab aktor 53 tahun itu.
Adaptasi dan kerja sama menjadi kunci bagaimana seorang Yayan Ruhian terus berkarier di dunia akting tanpa meninggalkan passionnya, pencak silat. Di sisi lain, ia mulai mengeksplor perannya sehingga tidak melulu berkaitan dengan pencak silat.
“Jujur saya ini enggak bisa akting jadi kalau udah masuk ke set dari saat reading, saya lihat baca skrip tentang karakternya, saya lihat orang per orang saat mereka tampilkan karakternya, saya hanya ngikuti aja gitu,” kata Yayan Ruhian.
Ia juga terus berkonsultasi dengan sutradara soal karakternya. Menurutnya, seorang sutradara pasti memiliki visi soal karakter yang ia tampilkan dalam film. Oleh karena itu hingga saat ini ia selalu bertanya mengenai peran yang ia mainkan.
Salah satu peran tanpa pencak silat adalah film Penyalin Cahaya dari Wregas Bhanuteja. Ia berperan sebagai ayah Rama yang dilakoni Giulio Parengkuan. Yayan menjelaskan ia cukup terkejut saat ditawari peran tersebut.
“Alhamdulillah waktu saya ditawari karakter itu asli, tidak ada hubungan dengan silat. Waktu itu ditanya sama sutradara dan saya jawab dengan pertanyaan “Percaya gak dengan saya untuk karakter ini?” ujar Yayan Ruhian.
Ketika ditanya soal perkembangan film Indonesia, Yayan Ruhian meminta dukungan dari masyarakat untuk menonton film lokal di bioskop.
“Sehebat karya kami apa pun tidak berarti jika tidak mendapat support dari masyarakat itu sendiri. Misalnya masyaakat nonton dari bajakan. Mari nontonlah ke bioskop. Datang dengan cara yang benar,” kata Yayan Ruhian.
Mengakhiri ceritanya, Yayan Ruhian menyebut ada dua film yang belum dirilis yaitu satu film Hollywood dan Indonesia. Terlepas dari itu, ia ingin terus menikmati jalan hidup sebagai aktor yang ia sebuah sudah disiapkan Tuhan.
“Keberadaan saya pada saat ini adalah sebuah anugerah bukan kemampuan yang saya inginkan, bukan cita cita yang saya dapatkan dari sebuah perjuangan tapi ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang Tuhan siapkan,” kata Yayan Ruhian.