Masuk Nominasi Oscar 2022, Film Writing With Fire Mengungkap Risiko Jurnalis Wanita di India
JAKARTA - Film produksi India, Writing with Fire menoreh prestasi gemilang di ajang Oscar 2022. Film ini diganjar dengan nominasi kategori Film Dokumenter Terbaik. di Indonesia, film Writing with Fire bisa ditonton lewat KlikFilm.
Film karya sineas Sushmit Ghosh dan Rintu Thomas ini berkisah tentang kehidupan tiga jurnalis perempuan yakni Meera Devi, Shyamkali Devi, dan Suneeta Prajapati, yang bekerja di koran mingguan Khabar Lahariya.
Khabar Lahariya berada di simpang zaman karena akses informasi makin cepat via jalur digital. Mau tak mau, media ini berkompromi dengan membangun kanal YouTube.
Suatu hari, beberapa pria tak dikenal memaksa masuk ke rumah seorang dan memperkosa pemilik rumah. Aksi bejat ini terjadi beberapa kali pada Januari. Korban dan suami melaporkan tragedi ini ke polisi. Apes, laporan ditolak.
Ditempat lain, Suneeta mengkover penambangan ilegal di kampung halamannya yang digerakkan mafia. Tanpa standar perlindungan yang jelas, suatu hari terowongan bawah tanah di lokasi tambang roboh. Sejumlah pekerja tewas dan tak ada tindak lanjut atas musibah ini.
Sementara Shyamkali kesulitan merespons kecanggihan teknologi. Kondisi ini diperburuk dengan suami yang melakukan KDRT. Kepala keluarga yang seharusnya melindungi, malah mencuri gaji Shyamkali sebagai jurnalis. Tak terima dengan perlakuan ini, ia mengadu ke aparat.
Tak salah jika Academy Awards memberi nominasi Film Dokumenter Terbaik untuk Writing with Fire. Sushmit Ghosh dan Rintu Thomas memberi gambaran kompleks soal susahnya jadi wanita di India. Ada banyak faktor pemicu.
Baca juga:
Masalahnya, India memuat banyak ketimpangan. Masih banyak jurnalis yang rumahnya belum dialiri listrik. Selain itu, struktur masyarakat yang masih menganggap perempuan sebagai (maaf) makhluk kelas dua. Wanita karier pulang malam digunjing tetangga itu nyata.
Belum lagi jika ia menyewa rumah dan pihak penyewa berasal dari kasta yang lebih tinggi. Bukan hana itu, rasa aman untuk perempuan adalah barang langka. Tak heran jika jelang pemilu, para kandidat yang menunggangi kendaraan parpol dicecar pertanyaan seputar maraknya kasus perkosaan yang menguap di meja polisi hingga hakim.
Semua permasalahan tersebut, dituturkan secara lugas seraya memotret kompleksnya persoalan sosial-hukum-politik di India, menjadikan Writing with Fire dokumenter yang lantang dalam menyatakan sikap dengan “meminjam” kehidupan para tokohnya.
Fakta lain, sejak 2014, lebih dari 40 jurnalis terbunuh di India. Data ini menjadikan India salah satu negara paling mematikan bagi para jurnalis. Tak heran film ini mempertanyakan keamanan bagi jurnalis perempuan.
Durasi 92 menit tak terasa lama lantaran fakta, data, dan pesan yang disampaikan Writing with Fire penting sekaligus relevan bagi siapa saja.