10 Lagu Terbaik Dream Theater Pilihan Redaksi VOI
JAKARTA - Dedengkot progressive metal asal Amerika Serikat, Dream Theater akan kembali menyambangi Indonesia. Kali ini pada 12 Mei mendatang di Ecopark Ancol, Jakarta dalam konser bertajuk Last Stop On Top of the World Tour.
Ini adalah kali kelima band yang digawangi James LaBrie (vokal), John Petrucci (gitar), John Myung (bass), Jordan Rudess (kibor) dan Mike Mangini (drum) menggelar konser di Indonesia. Sebelumnya mereka tampil di Jakarta dua kali, serta Yogyakarta dan Solo masing-masing satu kali.
Kedatangan LaBrie dkk kali ini benar-benar menyedot perhatian banyak penggemar musik keras. Tidak terkecuali kami. Sambil menunggu gelaran konser yang digagas Rajawali Indonesia yang masih lebih dari sebulan lagi, berikut ini 10 lagu terbaik Dream Theater pilihan redaksi VOI.
10. The Killing Hand (Live at the Marquee, 1993)
Versi orisinal lagu ini bersemayam dalam album When Dream and Day United (1989). Tapi, kami lebih memilih vesi live karena dalam versi ini vokalnya sudah diisi James Labrie, bukan Charlie Dominici lagi. Dibandingkan dalam versi sebelumnya, di sini berbeda sekali hasil akhirnya. Secara vokal lebih luas jangkauannya. Dari komposisi musik sesungguhnya tidak berubah terlalu jauh, tapi touch-nya jadi seperti terbawa oleh Labrie. Awal lagunya dari pelan lebih dulu dan LaBrie juga bisa mengeksekusi vokal yang halus. Intonasi musik mulai naik sampai ke belakang sehingga akhirnya semakin kencang. LaBrie juga bisa mengeksekusi vokal yang ada scream-nya. Lagu ini seolah-olah keluar dari aslinya. Mungkin output yang diinginkan Dream Theater memang sesungguhnya seperti ini dibandingkan yang ada dalam album When Dream and Day Unite. Nuansa progresif-nya juga terasa, tidak standar dan ada unsur power metal-nya. Ada unisound khas Dream Theater.
9. Pull Me Under (Images And Words, 1992)
Lagu pertama yang membuat penulis terpikat dengan Dream Theater. Sekali mendengarkan di radio pada awal 90-an, langsung suka. Lagu ini punya daya tarik tersendiri; heavy, secara ritmik juga mengentak, banyak harmonisasi yang cukup kompleks tapi bisa melodius terutama pada part refrain-nya yang bisa dinyanykan bareng-bareng.
8. A Mind Beside Itself: I. Erotomania (Awake, 1994)
Ini adalah salah satu lagu instrumental terbaik Dream Theter. Lumayan guitar oriented dan berbeda dari lagu-lagu lain seperti Dance of Eternity misalnya, yang porsi pembagian isian gitarnya lebih seimbang dengan kibor. Musiknya sangat tidak umum, nada-nadanya banyak menggunakan unsur kromatik, ada unsur neo-classical juga, ada melodi yang bernyanyi juga, ada yang mengumbar speed dan shred juga. Belum lagi unisound-unisound yang cukup kompleks dan menantang untuk dibawakan. Meski bebunyian kibornya tidak dominan, tapi cukup memberi nuansa berbeda. Agak 'ngawang-ngawang' dan dark.
7. Scarred (Awake, 1994)
Lagu ini hanya ada dalam versi CD album Awake, tidak dengan versi kasetnya. Lagu ini secara dinamika sangat keren tapi tetap punya nuansa yang khas dari Awake. Mungkin karena terpengaruh sound kibornya Kevin Moore. Dimulai dari tension yang masih low di mana John Petruci juga memainnya sangat bluesy tapi dengan background nuansa yang cukup kuat. Setelah itu, naik dengan ritme mengentak yang cukup bikin headbang. Meskipun tidak banyak part solo dan isian akrobat, dia cukup berhasil dalam mencari isian yang bernuansa.
6. A Change Of Seasons (A Change Of Seasons, 1995)
Meskipun versi orisinal lagu ini sudah dibuat saat penggarapan album Images and Words, versi dalam EP (album mini) self-titled rilisan 1995 lebih menggugah selera. Ini adalah salah satu lagu Dream Theater yang cukup panjang. Lagu berdurasi 24 menit ini komposisi musiknya kompleks. Dari memainkan intonasi lagu yang low, terus keras, terus turun lagi, keras lagi. Ada part yang cuma menggunakan vokal dan gitar akustik, ada ritmenya yang sampai membuat headbang dan segala macam. Sangat kompleks tapi enak didengar.
5. The Spirit Carries On (Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory, 1999)
Ini mungkin jadi lagu ballad Dream Theater yang paling sukses dari segi popularitas. Sesungguhnya, lagu ballad lain ada yang lebih bagus secara subjektif, tapi secara umum ini lagu yang paling lumayan banyak dikenal orang awam sekali pun. Lagu ini ballad tapi tidak cengeng. Punya unsur-unsur gereget, seperti vokal latar yang agak seriosa yang bikin lagu ini jadi lebih kuat. Pastinya, solo gitarnya juga sangat keren. John Petrucci bisa bikin komposisi solo yang menarik sekaligus emosional.
4. The Glass Prison (Six Degrees of Inner Turbulence, 2002)
Sepanjang Dream Theater berkarya, mungkin lagu ini paling full energi. Ada santai sedikit memang, tapi setelah itu itu langsung digeber dari depan sampai belakang. Sangat menguras energi. Ada beberapa bagian yang menarik pada bagian intro di mana John Petruci memainkan solo arpeggio. Pembuatan komposisi yang sangat kreatif. Pengulangan tapi tidak monoton. Ritme-ritme lagu ini pada saat itu bisa dibilang mengikuti zaman. Nuansanya terdengar modern dan tidak seperti lagu era ’90an. Dan lagi-lagi ada Jordan Rudess yang bisa mengisi kibor yang nge-shred secara komposisi dan pastinya kompleks. Dari awal sampai akhir lagu ini sangat metal. Jadi, bagi kami, ini salah satu lagu metal terbaik.
3. The Best Of Times (Black Clouds & Silver Linings, 2009)
Lagu ini punya pesan yang cukup kuat, menceritakan tentang Mike Portnoy (eks drumer Dream Theater) dengan almarhum ayahnya. Bagaimana kesan Portnoy sejak kecil sampai ayahnya wafat. Ada sentuhan biolanya, juga solo gitar dengan akustik yang manis pada bagian intronya yang terkesan ballad tapi lagi-lagi tidak cengeng. Begitu masuk full musiknya, banyak yang bilang mirip dengan tipikal musik Rush. Memang band ini salah satu influensnya Dream Theater, tapi di sini sangat terasa.
Baca juga:
- 30 Tahun Edane Berdiri, Kenali Lebih Dalam Sosok Spesial Bernama Eet Sjahranie
- 10 Band Indonesia yang Dihuni Kakak Beradik, Paling Buncit Terkenal di Eropa
- Bless The Knights Gaet Gitaris Brasil Ed Garcia, Tebar Pesona ke Mancanegara Lewat Parallel Universe
- Leburkan Musik Metal 90-an dan Era Kekinian, Gitaris Wancum Lepas Karya Tunggal Survivors' Anthem
Dinamika lagunya juga variatif dan yang paling penting adalah di bagian ending-nya, solo gitar John Petrucci sangat terkonsep. Dengan durasi yang tidak pendek, dia bisa bikin melodi yang tidak membosankan. Bukan sekadar main shredding, tapi bener-bener 'nyanyi'. Dibilang gampang tidak, karena ada bobotnya. Tapi dibilang main 'ngebut' juga ada melodi yang sangat jelas. Pilihan nadanya juga sangat cerdas.
2. Octavarium (Octavarium, 2005)
Ini salah satu lagu Dream Thetaer yang berdurasi cukup panjang. Di sini mereka agak tampil beda dibandingkan dengan sebelumnya. Nuansanya lebih art rock era YES dan Genesis. Komposisi lagunya kompleks. Tapi, meski panjang, tidak terasa lama karena setiap part terdengar menarik.
1. Metropolis—Part I: ‘The Miracle and the Sleeper’ (Images and Words, 1991)
Ini adalah akar dari semua lagunya Dream Theater. Semua style musik Dream Theater tumpah dalam lagu ini. Baik dari sisi heavy-nya, teknikalnya, progresifnya, maupun variasinya. Lagu ini menggunakan tempo yang berubah-ubah. Dengan durasi yang tidak terlalu lama, kompleksitasnya sangat padat. Ini lagu Dream Theater yang paling komplet. Bagi band tribute Dream Theater yang mencari personel baru biasanya akan menggunakan lagu ini untuk mengaudisi. Pasalnya, jika dia bisa membawakan lagu ini, lagu-lagu lain milik John Petrucci cs pasti bisa juga. Secara nilai, poinnya sangat tinggi. Sudah jadi standar lagu Dream Theater.