Sebut Pembangunan Ekonomi China akan Terdampak, Presiden Xi Jinping Nilai Strategi COVID-19 Benar dan Efektif
JAKARTA - Presiden China Xi Jinping menilai strategi Nol-COVID yang dipilihnya untuk menangani pandemi virus corona benar dan efektif, kendati akan ada biaya dan dampak yang harus ditanggung, hingga dipertanyakan WHO.
Mengutip Reuters dari kantor berita resmi Xinhua Rabu 29 Juni, Presiden Xi Jinping mengatakan strategi Partai Komunis yang berkuasa untuk mengatasi pandemi COVID-19 adalah 'benar dan efektif' dan harus dipatuhi.
China, dengan populasinya yang besar, akan menderita "konsekuensi yang tak terbayangkan" seandainya mengadopsi strategi "berbaring datar", kata kantor berita tersebut, mengutip Presiden Xi saat berkunjung pada Hari Selasa ke pusat kota Wuhan, tempat virus itu pertama kali dilaporkan.
China akan menerima beberapa dampak sementara pada pembangunan ekonomi daripada membiarkan kehidupan dan kesehatan masyarakat dirugikan, kata Presiden Xi.
Diketahui, pendekatan tanpa toleransi China untuk penguncian cepat, pengujian massal dan karantina telah melindungi sebagian besar penduduknya dari COVID-19 selama dua tahun terakhir.
Tetapi, hal itu telah menarik perbedaan pendapat yang meningkat karena penguncian menjadi lebih ketat dan sering di tengah penyebaran cepat varian Omicron.
Kebijakan "nol COVID" China tanpa kompromi telah menempatkan ratusan juta konsumen dan pekerja di bawah berbagai pembatasan, pada saat dunia mencabutnya untuk 'hidup dengan virus', bahkan ketika infeksi menyebar.
Sebelumnya, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang disensor di internet China, setelah mempertanyakan keberlanjutan kebijakan Nol-COVID negara itu. Sensor di Weibo dan WeChat, dua platform media sosial terbesar di China, menargetkan komentar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang mengungkapkan ketidaksetujuan yang jarang dengan kebijakan Beijing.
"Ketika kami berbicara tentang strategi nol-Covid, kami tidak berpikir bahwa itu berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang kami antisipasi di masa depan," kata Tedros pada konferensi pers Selasa, mengutip peningkatan penularan Omicron, melansir CNN.
"Kami telah membahas masalah ini dengan para ahli China dan kami mengindikasikan, pendekatannya tidak akan berkelanjutan. Saya pikir perubahan akan sangat penting," sambungnya.
Kritik dari Tedros, yang dituduh terlalu dekat dengan China pada awal pandemi, datang hanya beberapa hari setelah pemimpin China Presiden Xi Jinping bersumpah untuk menggandakan kebijakan dan "dengan tegas berjuang" melawan semua kritik.
Baca juga:
- Rusia Terbitkan Foto dan Koordinat Gedung Putih, Pentagon hingga Markas serta Lokasi KTT NATO, Buat Apa?
- Mantan Agen KGB Ditangkap Ukraina: Kirimkan Lokasi Target Pakai Instagram, Arahkan Serangan Rudal yang Menewaskan 50 Tentara
- Terlibat Pembunuhan 3.518 Tahanan, Mantan Waffen SS Penjaga Kamp Nazi Berusia 101 Tahun Dijatuhi Hukuman Penjara
- Rudal Rusia Hantam Pusat Perbelanjaan yang Dipadati Warga Ukraina: 38 Orang Dinyatakan Hilang
Komentar Tedros, meskipun sejalan dengan penilaian sebagian besar ilmuwan, juga memicu kemarahan Beijing, yang menyebut mereka "tidak bertanggung jawab."
"Kami berharap orang-orang yang relevan dapat melihat kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi China secara objektif dan rasional, mempelajari lebih lanjut tentang fakta-fakta dan menahan diri dari membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.