Masyarakat Berlibur saat Pandemi, Pakar: Pemerintah Siap-Siap Lacak Siapa Saja yang Positif COVID-19

JAKARTA - Pandemi COVID-19 tak menyurutkan niat masyarakat berpergian ke luar kota untuk menghabiskan masa liburan. Padahal, sebelum momentum libur panjang di akhir Oktober ini, pemerintah telah meminta masyarakat untuk menghabiskan waktu libur di rumah saja.

Melihat keadaan tersebut, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, pemerintah seharusnya sejak awal melakukan pembatasan mobilitas antar daerah. Hal ini, dinilainya efektif untuk mencegah masyarakat berpergian di tengah pandemi COVID-19.

"Kita harus tahu bahwa situasi pandemi kita belum terkendali secara baik, ini artinya pembatasan itu harus dibuat dan dipatuhi. Pembatasan ini dalam artian mobilitas dan interaksi di semua daerah," kata Dicky saat dihubungi VOI, Sabtu, 31 Oktober.

Dirinya juga menilai, pemerintah harus membuat rencana mitigasi yang terarah untuk mencegah lonjakan. Ini bukan hanya berlaku untuk libur panjang, tapi hingga Indonesia keluar dari masa pandemi COVID-19. Salah satu caranya, dengan melakukan pembatasan aktivitas.

"Aktivitas boleh, tapi tetap dibatasi. Misalnya di Melbourne, Australia, masyarakat baru boleh bergerak sampai 25 kilometer setelah kasusnya jadi satu digit. Jadi ada batasan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya potensi-potensi penyebaran," jelas dia.

Lebih lanjut, Dicky menyebut, setelah libur panjang di akhir Oktober ini berakhir pemerintah harus mulai bekerja keras menelusuri potensi klaster penularan COVID-19 di tengah masyarakat dan mengantisipasinya. Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) harus bisa meningkatkan jumlah pengujian COVID-19 dan pelacakan kontak.

Apalagi, dirinya menilai, Indonesia kini masih tertinggal dari virus tersebut. Karena setelah terjadi penyebaran sejak awal tahun, negara ini baru mampu mencapai jumlah pengetesan di atas 30.000 pada beberapa bulan belakangan ini.

"Data terakhir kita secara nasional memang sudah di angka 38 ribu. Tapi kan itu baru beberapa waktu terakhir ini dan kita sudah relatif telat kalau melihat dari perjalanan tujuh bulan belakangan ini kapasitas kita mendekati target itu," jelasnya.

"Artinya kalau melihat kecepatan penyebaran virus ya belum bisa kita menyamai dan ini logis. Karena baru saat ini kita mengalami peningkatan pengujian," imbuh Dicky.

Sehingga, berkaca dari hal ini, peningkatan jumlah pengujian sebagai langkah intervensi adalah sebuah keharusan. Apalagi, melihat jumlah positivity rate saat ini masih tinggi mencapai 14,3 persen.

"Jadi pengujian harus ditingkatkan bisa 2-3 kali lipat. Harus dipantau dilihat dari indikator yang ada. Kemudian dilihat jangan sampai ada kasus kematian. Karena jika masih ada kasus kematian itu terindikasi kita masih tertinggal dari virus ini," tuturnya.

Libur Panjang Long Weekend

Diketahui, pemerintah menjadikan 28 Oktober dan 30 Oktober sebagai cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW. Sehingga ada libur panjang selama lima hari, yaitu pada 28 Oktober hingga 1 November.

Momentum libur ini, lantas banyak digunakn masyarakat untuk berpergian ke luar kota dengan sejumlah moda transportasi, salah satunya adalah kereta api. Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta, per Jumat, 31 Oktober kemarin terdapat 30.470 penumpang kereta api diberangkatkan dari Stasiun Gambir, Stasiun Pasar Senen, dan Stasiun Jakarta Kota.

"Tujuan favorit para penumpang kali ini antara lain kota Yogyakarta, Bandung, Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa lewat keterangan tertulisnya yang dikutip Jumat, 30 Oktober.

Selain itu, pada hari tersebut, PT Jasa Marga (Persero) Tbk juga mencatat ada 509.140 kendaraan bergerak meninggalkan Jakarta pada libur panjang dengan pergerakan kendaraan mulai tanggal 27 Oktober.

"Total volume lalu lintas yang meninggalkan Jakarta ini naik 40,3 persen jika dibandingkan lalu lintas normal," kata Corporate Communication & Community Development Group Head PT Jasa Marga, Dwimawan Heru, dalam keterangan tertulis, Jumat, 30 Oktober.

Jumlah kendaraan yang bergerak tinggalkan Jakarta itu merupakan kumulatif arus lalu lintas dari beberapa Gerbang Tol (GT) utama, yaitu GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama (arah Timur), GT Cikupa (arah Barat) dan GT Ciawi (arah Selatan).