Kualitas Udara Jakarta Lagi-lagi Terburuk Sedunia, PDIP: Anies Lebih Fokus Pencapresan
JAKARTA - Jakarta kembali menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada pagi ini. Buruknya kualitas udara di Jakarta tercatat telah terjadi selama beberapa hari terakhir.
Pagi ini, lembaga data kualitas udara IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota paling berpolusi dengan indeks kualitas udara menduduki angka 173 pada Senin, 20 Juni per pukul 09.35 WIB.
Melihat kondisi ini, Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menyebut Anies lebih fokus untuk merencanakan urusan pencalonan presiden Pemilu 2024 ketimbang menanggulangi perbaikan kualitas udara di Ibu Kota.
"Saat udara Jakarta mengalami polusi terberat di dunia, fokus Anies terlihat lebih ke pencapresan. Padahal, pilpres masih 14 Februari 2024, dan Anies masih menjabat sampai 16 Oktober 2022," kata Gilbert dalam keterangannya, Senin, 20 Juni.
Gilbert menuturkan, pencemaran udara yang sangat berbahaya ini jelas harus diatasi. Sebab, hal ini berdampak pada kesehatan seluruh penduduk Jakarta.
Seharusnya, lanjut Gilbert, data kenaikan kasus gangguan pernapasan sudah terdeteksi karena sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Hal ini pun harus sudah disampaikan oleh Pemprov DKI.
Gilbert pun meminta Anies dan jajarannya lebih menggencarkan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi kendaraan pribadi dan mengenakan masker ketika keluar rumah. Pemprov DKI juga perlu mengevaluasi kebijakan yang sudah diterapkan.
"Kebijakan ganjil-genap yang diperluas hingga 26 jalur sebaiknya dievaluasi, karena walau dinyatakan mengurangi kemacetan, tetapi nyatanya polusi bertambah," ungkap Gilbert.
"Tidak perlu menata kata untuk memberi penjelasan soal penyebab dan hal lainnya, tetapi yang diperlukan adalah tindakan. Jakarta butuh pemimpin, bukan pejabat. Seorang pemimpin seharusnya bekerja dengan hati demi rakyat, bukan harus diberitahu," lanjut dia.
Melansir dari laman resmi IQ Air di Jakarta, kualitas udara ibu kota masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Konsentrasi PM2.5 di Jakarta berada pada angka 136,9 gram per meter kubik.
PM2.5 mengacu pada materi mikroskopis tertentu dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang, dengan berbagai efek merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan, dan karena itu merupakan salah satu polutan utama yang digunakan dalam menghitung kualitas udara kota atau negara secara keseluruhan.
Berdasarkan analisa BMKG, konsentrasi PM2.5 yang tinggi di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.
Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
Baca juga:
Faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PM2.5 bersumber dari tingginya kelembapan udara yang menyebabkan peningkatan proses adsorpsi atau perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara.