Hasto Kristiyanto Sempat Minta Kisi-kisi Sidang Disertasi Gelar Doktor, Megawati: Lho Kok Kamu Nanya, Itu Kolusi

JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengungkap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pernah meminta bocoran pertanyaan di sidang disertasi gelar doktornya. Permintaan ini muncul karena Presiden ke-5 RI tersebut menjadi salah satu penguji.

Hal ini diceritakan Megawati saat sidang terbuka program doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) di Sentul, Jawa Barat pada hari ini, Senin, 6 Juni.

Meski Hasto adalah kadernya, Megawati menegaskan tak mau memberikan bocoran atau kisi-kisi pertanyaan seperti yang diminta. Dia bilang, itu sama saja dengan tindakan kolusi.

"Hasto tanya ke saya 'bu nanti pertanyaannya apa?'. Lho kok kamu nanya? itu namanya kolusi," kata Megawati yang disambut tawa semua hadirin yang diundang ke acara itu.

Tak hanya itu, Megawati juga meminta Hasto tak tegang menghadapi ujian terbuka tersebut. Sebab, diskusi tentang buah pemikiran Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno kerap dilakukannya.

“Karena saya ketua umum partai, Hasto adalah sekjen, jadi kami sering berdiskusi. Dan tentunya kepada anak-anak muda, saya coba mengalirkan dari cara pikir Bung Karno, karena kami mendirikan partai sebagai alat perjuangan politik tentunya harus punya dasar,” ungkapnya.

"Saya bilang pada Hasto 'kamu musti mengerti cara berpikirnya Bung Karno,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dirinya sejak awal mempersilakan Hasto untuk menempuh pendidikan lanjutan. Tak hanya itu, Megawati juga memberi waktu leluasa pada sekjennya itu menyiapkan diri sebelum melaksanakan sidang terbuka.

"Jadi Pak Hasto, saya kira ini gampang ya, tapi ga tahu susah apa ndak jawabnya. Kasihan dia udah makin banyak ubannya,” canda Megawati yang kembali membuat seisi ruangan tertawa.

Dalam kesempatan itu, Megawati sempat menyinggung masih banyak masyarakat yang segan untuk memberi respons jika menyinggung Bung Karno. Setelah itu, dia menanyakan bagaimana teori geopolitik Soekarno bisa jadi solusi alternatif di tengah masalah dunia saat ini.

Menjawab itu, Hasto membeberkan semangat kebersamaan yang hendak didorong oleh Bung Karno lewat pidatonya di PBB. Bangsa Asia Afrika yang saat itu banyak menjadi negara terjajah, sehingga harus bisa membangun solidaritas diantara dirinya demi memerdekakan diri.

Pidato Bung Karno itu juga mendorong agar bangsa-bangsa di dunia hidup damai. Hanya saja, di tengah sistem internasional yang anarkis, PBB harus direformasi sehingga dunia bebas dari segala bentuk penjajahan.

“Teori geopolitik Bung Karno tersebut senantiasa relevan.”

“Di dalam perspektif geopolitik Soekarno, kebijakanan luar negeri dan kebijakan pertahanan harus ada dalam satu kesatuan.”

Masalahnya, kata Hasto, spirit imajinasi geopolitik Soekarno itulah yang saat ini nampaknya luntur. Sehingga Hasto merekomendasikan agar seluruh kontruksi pemikiran geopolitik Soekarno harus menjadi landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan negara.

“Agar kita mampu menggunakan isntrumen national power dalam tujuh variabel Bung Karno itu, deni memperjuangkan kepentingan Indonesia,” kata Hasto.

Begitupun terhadap persoalan di Timur Tengah, semenanjung Korea dan Afghanistan, terlihat keaktifan Indonesia pasca Soekarno itu meluntur. Indonesia lebih banyak dalam lingkup di Asean. “Seharusnya kita bergerak aktif membela negara-negara yang diperlakukan tidak adil,” jelas Hasto.

Dia mengatakan, dalam pidato ‘To Buid The World A New’ Bung Karno sudah mengatakan masa depan dunia tidak bisa ditentukan dengan negara yang punya hak veto. Lebih dari 190 negara menjadi anggota PBB, seharusnya tidak boleh dikalahkan 5 negara yang punya hak veto.

“Karena itu, geopolitik Soekarno sangat relevan dan menjadi dasar dari kebijakan peertahanan dan luar negeri kita,” pungkas Hasto.