Dua Kemungkinan di Balik Dukungan Paus Fransiskus pada Persatuan Sipil Homoseksual
JAKARTA - Persatuan sipil bagi sesama jenis harus diwujudkan, Paus Fransiskus dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. Pernyataan ini jadi penting. Fransiskus adalah paus pertama yang mengucap hal semacam ini, menyiratkan dukungannya terhadap kehidupan kaum homoseksual. Tapi, benarkah pernyataan itu bisa dimaknai sebagai dukungan penuh Paus?
Pernyataan Paus itu diabadikan dalam film dokumenter garapan Evgeny Alfineevsky berjudul Fransesco. Film yang mengangkat kehidupan dan karya Paus itu tayang perdana di Festival Film Roma, Rabu, 21 Oktober.
"Kaum homoseksual punya hak untuk berkeluarga," kata Paus Fransiskus dalam film.
"Mereka adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak atas sebuah keluarga. Tidak ada yang boleh dibuang atau dibuat sengsara karenanya," tambahnya.
"Apa yang harus kita buat adalah undang-undang tentang persatuan sipil. Dengan cara itu mereka dilindungi undang-undang."
Pernyataan Paus mengundang begitu banyak reaksi. Asosiasi yang gencar mengampanyekan keberadaan kaum LGBTI di Eropa, ILGA Europe, menyambut pernyataan Paus dengan hati-hati.
"Dalam konteks di mana ada begitu banyak polarisasi dan kambing hitam dari orang-orang LGBTI, yang sering didukung dan dipicu oleh para pemimpin agama, pernyataan Paus Fransiskus tentang serikat sesama jenis harus disambut dan harus didengarkan dengan hati-hati," organisasi itu berkicau di Twitter.
"Kami akan memantau secara dekat untuk melihat sejauh mana pernyataan itu akan diterima oleh gereja-gereja dan akan membawa perubahan nyata bagi orang-orang LGBTI dan keluarga mereka."
Pendeta James Martin, Yesuit yang sejak lama berjuang membangun hubungan dengan kaum gay di gereja memuji pernyataan Paus Fransiskus. Ia menyebut hal itu sebagai "kemajuan besar mengenai dukungan gereja untuk orang-orang LGBT."
"Paus berbicara secara positif tentang persatuan sipil, juga mengirimkan pesan yang kuat ke tempat-tempat di mana gereja telah menentang undang-undang tersebut," kata Martin, dikutip dari Euronews, Kamis, 22 Oktober.
Berbeda. Uskup Providence dari Pulau Rhode, Uskup Thomas Tobin menuntut klarifikasi Paus Fransiskus. Thomas bahkan menyebut pernyataan Paus "jelas-jelas bertentangan dengan ajaran lama gereja tentang persatuan sesama jenis ... Gereja tidak dapat mendukung penerimaan hubungan yang secara objektif tidak bermoral," katanya.
Lampu hijau?
Analis yang juga koresponden BBC untuk Roma, Italia, Mark Lowen memaparkan pandangan dalam situasi ini. Menurutnya, tak mungkin memungkiri bahwa ini adalah pernyataan dukungan paling tegas yang pernah disampaikan pemimpin agama Katolik.
Namun, pernyataan Paus Fransiskus tak dapat begitu saja dimaknai sebagai dukungan penuh terhadap kehidupan kaum homoseksual. Mark Lowen memberi dua kemungkinan.
Ini dapat berarti perubahan fundamental yang dicetuskan Paus dan akan berdampak besar pada sikap Vatikan. Namun, ini juga bisa jadi sekadar pernyataan spontan seorang pemimpin agama Katolik, yang tetap mustahil baginya mengabaikan doktrin konservatif dan tradisional dari gereja ketika didesak untuk mengambil tindakan lebih nyata.
Pada prinsipnya, ajaran Katolik menempatkan posisi kaum homoseksual sebagai kelompok manusia yang harus diperlakukan setara dalam martabat dan kehormatan. Orientasi homoseksual bukan dosa, namun perilaku homoseksual jelas sebuah dosa.
Sebuah dokumen yang dirilis kantor doktrin Vatikan pada 2003 menyatakan bahwa penghormatan gereja pada kaum homoseksual "tak dapat serta merta mengarah pada persetujuan perilaku homoseksual atau pengakuan hukum atas serikat homoseksual."
Secara pribadi, Fransiskus, pada 2013 juga menegaskan pandangan itu, bahwa homoseksual "termaafkan" selama ia masih berbentuk orientasi seksual. "Jika seseorang gay, namun ia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapa saya menghakimi mereka?" tutur Paus tahun 2013.
Baca juga:
Di tahun itu Fransiskus juga menyebut perilaku homoseksual sebagai kemunduran antropologis. Pernyataan ini terekam dalam buku On Heaven and Earth. Selain itu, Fransiskus juga pernah menyatakan pandangan mengenai adopsi anak oleh pasangan sesama jenis.
Katanya, "mungkin ada anak-anak yang terkena dampak ... Setiap orang membutuhkan ayah laki-laki dan ibu perempuan yang dapat membantu membentuk identitas mereka."
Mundur lebih jauh. Ketika menempati posisi sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, Fransiskus adalah penentang kuat pernikahan pasangan homoseksual. Sikapnya paling kentara adalah ketika Argentina melegalisasi perkawinan sejenis pada 2010. Saat itu Fransiskus menganjurkan opsi persatuan sipil sebagai pengganti opsi perkawinan sejenis.
Dan soal langkah hari ini, Paus Fransiskus dipandang belum menunjukkan dukungan lebih konkret terhadap masalah ini. Perubahan doktrinal, menurut Mark biasanya dilakukan dengan cara lebih formal dan melalui banyak perdebatan internal. Dan hal itu belum terlihat di Vatikan.