Ketahuan Palsukan Data Ekonomi, Sejumlah Pejabat di China Dipecat

JAKARTA - Otoritas China menghukum sejumlah pejabat lokal dengan penurunan pangkat atau pemecatan karena memalsukan data ekonomi, kata biro statistik negara itu pada Hari Jumat.

Dikatakan, otoritas setempat mengambil langkah tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mengekang penipuan data karena ekonomi goyah.

Biro Statistik Nasional (NBS) menemukan pelanggaran data pada tahun 2020 dan 2021 setelah melakukan inspeksi di beberapa kota, Xingtai di Provinsi Hebei, Jiaozuo di Provinsi Henan, Bijie dan Anshun di Provinsi Guizhou, kata biro itu dalam sebuah pernyataan di situsnya.

Pihak berwenang di Hebei telah menghukum 45 pejabat di Xingtai setelah menemukan beberapa datanya tentang hasil industri, investasi aset tetap, penjualan grosir dan eceran sangat tidak akurat, katanya melansir Reuters 27 Mei.

Sementara, pihak berwenang di Henan telah mengambil tindakan disipliner dan organisasional terhadap 38 pejabat karena pelanggaran data. Adapun otoritas Guizhou telah memberikan hukuman serupa kepada 22 pejabat, katanya. Tindakan tersebut mengacu pada penurunan pangkat atau pemecatan.

Pada Bulan Maret, pengawas anti-korupsi China berjanji untuk meningkatkan pengawasan terhadap badan statistik negara itu, mengatasi 'masalah luar biasa dari penipuan dan pemalsuan data.

Diketahui, ekonomi China telah terpukul dari kontrol ketat COVID-19, dengan banyak ekonom sektor swasta memperkirakan produk domestik bruto berkontraksi pada kuartal April-Juni.

Sebelumnya, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pada Hari Rabu, China akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang wajar pada kuartal kedua dan membendung meningkatnya pengangguran, setelah meluncurkan serangkaian kebijakan pendukung.

Selain itu, PM Li juga berjanji untuk memastikan indikator ekonomi lokal pada kuartal kedua akan dipublikasikan "sesuai dengan hukum dan peraturan".

Untuk diketahui, skeptisisme global yang meluas tentang keandalan data China sudah lama terjadi, terutama karena pemerintah telah berusaha untuk meredakan ekspektasi pasar tentang perlambatan yang semakin dalam di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

China senditi telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5,5 persen tahun ini, tetapi banyak ekonom percaya bahwa sekarang semakin di luar jangkauan.