Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 Perkuat Kerja Sama Hadapi Risiko Global

JAKARTA - Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 (ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan) sepakat untuk mensinergikan kebijakan regional dalam menghadapi risiko dan tantangan global saat ini.

Dalam Pernyataan Bersama (Joint Ministerial Statement) ASEAN+3 menyadari bahwa kerja sama keuangan memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi kawasan dan sepakat untuk lebih memperdalam kolaborasi.

Mengutip informasi yang dilansir oleh Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa perekonomian ASEAN+3 dianggap tetap tangguh dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19.

“Sejak 2021, ASEAN+3 telah berfokus pada peningkatan vaksinasi untuk melindungi masyarakat serta telah mengadopsi langkah-langkah untuk meminimalisasi dampak terhadap perekonomian dan mendukung pemulihan,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam keterangan resmi, Jumat, 13 Mei.

Meski demikian, Menkeu menyebut jika ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai, seperti normalisasi kebijakan moneter di negara, gangguan rantai pasok, dan kenaikan harga pangan serta energi yang diperparah oleh konflik Rusia dan Ukraina.

“Ini dapat menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek perdagangan, investasi, pertumbuhan, dan inflasi di kawasan,” tegasnya.

Lebih lanjut, bendahara negara juga menjelaskan peningkatan inflasi tahun ini mencerminkan efek skenario low-base, penghapusan subsidi energi dan beberapa produk penting, serta kendala dari sisi pasokan yang mendorong naiknya harga bahan baku, energi, transportasi, dan makanan. Kata dia, Prospek inflasi bergantung pada perkembangan harga komoditas global dan kekuatan pemulihan ekonomi.

“Untuk itu Indonesia mendorong kebijakan untuk melindungi kelompok rentan, melindungi dan menjaga momentum ekonomi, serta mengembalikan kekuatan instrumen fiskal,” tuturnya.

Menkeu juga mengapresiasi upaya ASEAN+3 dalam mengembangkan Future Initiatives untuk menangani isu terkait pembiayaan infrastruktur, instrumen makro, asuransi bencana, fintech, keuangan digital, dan perubahan iklim.

“Upaya ini tidak akan mudah dan murah. Oleh karenanya, kerja sama dalam mendesain mekanisme yang efektif dan kredibel, terutama untuk keuangan transisi, menjadi kritikal. Kami menyambut baik inisiatif dari ASEAN+3 ini, dan kami juga akan berpartisipasi bersama organisasi internasional lainnya, seperti ADB, dan melalui kerjasama bilateral,” ucap dia.

Sebagai informasi, pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 ke-25 telah diselenggarakan secara virtual pada tanggal 12 Mei kemarin yang dipimpin oleh Kamboja dan China.