Bertemu Kanselir Jerman, PM Jepang Ingin Patung 'Wanita Penghibur' di Berlin Dipindahkan
JAKARTA - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah meminta bantuan dari Kanselir Jerman Olaf Scholz, terkait pemindahan patung di Berlin yang melambangkan 'wanita penghibur' Korea di rumah bordil militer masa perang Jepang, kata juru bicara pemerintah, Rabu.
Permintaan itu dibuat ketika PM Kishida dan Kanselir Scholz bertemu di Tokyo pada akhir April, kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno, mengungkapkan kekecewaan pemerintah atas keberadaan patung yang terus berlanjut setelah didirikan oleh kelompok sipil pro-Korea pada tahun 2020.
Hubungan antara Jepang dan Korea Selatan menegang karena isu-isu yang berasal dari penjajahan Jepang tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea, seperti wanita Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil pada masa perang untuk pasukan Jepang.
Patung di Distrik Mitte, Berlin tengah, didirikan pada September 2020 setelah otoritas setempat menyetujui pemasangannya selama satu tahun. Persetujuan itu kemudian diperpanjang hingga satu tahun lagi.
"Perdana menteri mengatakan sangat disesalkan melihat patung wanita penghibur tetap ada, meminta kerja sama lagi dari pihak Jerman," terang Matsuno dalam jumpa pers tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti melansir Kyodo News 11 Mei.
"Kami akan mendekati berbagai pihak terkait, dengan tegas menjelaskan sikap pemerintah kami dan menyerukan agar patung itu segera disingkirkan," ungkapnya.
Baca juga:
- PBB Terima 'Informasi yang Dapat Dipercaya' Mengenai Penyiksaan Tahanan Perang Rusia oleh Pasukan Ukraina
- Pasukan Rusia Tidak Siap untuk Perangi Ukraina, Mantan Tentara Bayaran Wagner Group: Terkejut Hadapi Militer Sungguhan, Bukan Milisi
- Spyware Pegasus Terdeteksi di Ponsel Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Kepala Intelijen Spanyol Dipecat
- Diduga Terlibat Asmara, Mantan Sipir Bantu Terpidana Pembunuhan Kabur dari Penjara: Jadi Buronan Sebelum Akhirnya Bunuh diri
Diketahui, Kanselir Scholz memilih Jepang sebagai negara Asia pertamanya untuk dikunjungi sejak menjadi kanselir pada Bulan Desember dan bertemu PM Kishida pada 28 April, untuk memperdalam hubungan keamanan dan krisis di Ukraina.