Drama Sistem CEIR Kepenuhan Bisa Akibatkan Resesi Industri Ponsel

JAKARTA - Belum lama ini santer kabar jika sistem pusat pengolahan informasi IMEI yaitu Centralized Equipment Identity Register (CEIR) mengalami kepenuhan dan sudah tidak dapat menampung data IMEI baru lagi. Apa penyebabnya?

Menurut laporan yang beredar, hal itu dikarenakan mesin tersebut mengalami kendala permasalahan teknis saat awal beroperasi. Dan ini berdampak yang mana membuat IMEI gagal dimasukkan. Hasilnya, secara otomatis SIM Card tidak bisa aktif dan data ponsel baru yang dimasukkan ke dalam sistem pun gagal mendapatkan sinyal, meski gadget berstatus legal.

Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Dini Hanggandari mengakui bahwa sistem pengolahan informasi tersebut akan lumpuh jika data Tanda Pendaftaran Produk (TPP) terlalu penuh, sedangkan sistemnya saja belum terealisasikan sempurna.

Diketahui, berdasarkan Permenperin No 108 Tahun 2012, pelaku usaha wajib memasukin data realisasi TPP impor maupun TPP produksi untuk diupload ke dalam sistem CEIR.

"Kami belum mendapatkan realisasi TPP tersebut sehingga TPP yang ada selama ini sudah kami masukkan ke dalam sistem CEIR. Akibatnya, CEIR menjadi penuh dan dikhawatirkan akan down karena terlalu banyak (data)," ungkap Dini dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.

Dijelaskan Dini, sistem CEIR tidak dapat menerima TPP IMEI berdasarkan TPP yang terbaru di Kemenperin. Untuk TPP mulai tanggal 23 atau 24 September 2020, belum dapat dimasukkan ke dalam CEIR karena hingga saat ini sistem ditutup oleh Asosiasi Peyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), karenanya Kemenperin tidak bisa mengupload IMEI tersebut.

Dini menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan Kemenperin adalah operator CEIR segera mungkin membersihkan IMEI yang tidak aktif atau sistem dicleansing. Jadi nantinya sistem CEIR hanya akan terisi IMEI aktif saja.

Vendor Smartphone Keluhkan Sistem CEIR

Dengan adanya peristiwa ini, tidak sedikit pabrikan smartphone diketahui mengeluhkan hal ini. Seperti merek ponsel Mito yang menyatakan beberapa gawainya yang berada di pasaran harus terblokir dan tidak bisa mendapatkan sinyal.

"Ini sangat berdampak terhadap kelangsungan industri kami. Kami bisa terkena resesi lebih cepat, jika sistem tidak cepat diperbaiki. Padahal ponsel kami resmi. Semestinya tidak terblokir," ujar CEO Mito Mobile, Hansen.

Hansen mengakui masalah tersebut menjadi pertaruhan hidup dan mati dari industri ponsel. Kejadian serupa tidak hanya dialami oleh Mito, tetapi juga merek lain.

"Saya kira kejadian tersebut tidak hanya dialami oleh MITO, saya dengar kawan-kawan brand nasional lainnya mengalami problem yang sama," tutur Hansen.

Dia juga berharap pihak terkait yang berkenaan dengan pengelolaan sistem CEIR untuk bisa segera memberikan solusi. Dan jangan sampai, hal ini menjadi masalah baru untuk industri ponsel, maka dari itu ia meminta pemerintah turut menyiapkan infrastruktur yang memadai. 

"Jangan biarkan kami masuk ke jurang resesi lebih cepat. Jadi kami sangat berharap sekali pihak terkait untuk secepatnya mengatasi persoalan ini," kata Hansen.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail memberikan keterangan jika sistem CEIR sudah diperbaiki dan dapat kembali menampung TPP ponsel baru.

"Sistem CEIR sudah bisa memasukan IMEI baru," tegas Ismail.

Saat ini pihaknya sedang menunggu daftar jumlah IMEI aktif dari Kemenperin yang benar-benar akan direalisasikan ke pasar smartphone.

"Kami menunggu daftarnya dari Kemenperin yang sekarang sudah meneliti jumlah IMEI yang benar-benar akan direalisasikan di pasar," jelas Ismail.