Perusahaan Shanghai Diwajibkan Bayar Gaji Karyawan Meskipun Lockdown
JAKARTA - Otoritas di Shanghai tetap mewajibkan perusahaan membayar gaji para karyawannya meskipun tidak bisa masuk kerja karena penguncian wilayah (lockdown) di kota terkaya di China itu sejak pertengahan Maret lalu.
Dalam dokumen yang dikeluarkan Biro Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Sosial Kota Shanghai yang beredar di media China, Minggu, 1 Mei dicantumkan larangan bagi perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya yang sedang menjalani karantina, menjalani perawatan medis, atau tidak bisa bekerja karena kebijakan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Perusahaan dapat mengatur karyawan bekerja dari rumah," demikian dokumen tersebut dilansir dari Antara.
Otoritas setempat hanya mengizinkan penundaan pembayaran gaji tidak boleh lebih dari sebulan jika memang perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan.
Kebijakan prokes ketat, termasuk dengan menerapkan lockdown di beberapa distrik di Shanghai mulai terlihat hasilnya. Pada Minggu dilaporkan terdapat 788 kasus positif baru dan 7.084 kasus tanpa gejala.
Baca juga:
- Wapres Ma’ruf Amin Pastikan Pemerintah Dengar Tuntutan Demo 11 April
- Akhirnya Bisa Mudik
- Keluar dari PSI, Refli Harun Menduga Kantor Baru Tsamara Amany Larang Karyawannya Terlibat Partai Politik
- Pameran Bertajuk Maracosa, Kolaborasi Nona Rara Batik dan Papermoon Puppet Theatre Digelar di Omah Budoyo Yogyakarta
Pada Minggu ini juga dilaporkan terdapat 38 kasus kematian baru akibat COVID-19 sehingga sejak Januari 2022 total kasus kematian di Shanghai sebanyak 422.
Puncak penambahan kasus positif baru di Shanghai terjadi pada 13 April lalu sebanyak 27.605. Sekitar sembilan juta warga di Shanghai dalam pengawasan, sedangkan 15 juta lainnya sudah diizinkan keluar rumah.